SELAMAT DATANG DI BLOG ABDUL HALIM SOLKAN

Semoga segala yang penulis atau blogger tampilkan dapat bermanfaat!

Monday 13 January 2014

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM



I.         PENDAHULUAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, philo berarti cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; Sophia artinya kebijakan dalam arti pandai, pengertian yang mendalam, cinta pada kebijakan. [1]
Filsafat melahirkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah sikap terhadap dunia bahwa dirinya dan dunia ini adalah ciptaan Yang Maha Kuasa. Kesadaran ini membawa filosof naik ke wilayah kesadaran yang lebih tinggi, tidak hanya kesadaran material atau semu. Dengan kebijaksanaan ini, para filosof menjadi yang paling mengerti dan tahu akan hakikat hidup dan kehidupan.
Bahkan dimensi-dimensi kehidupan manusia banyak yang ditentukan atau paling tidak dipengaruhi oleh pemikiran filsafat. Bagaimanakah kemudian filsafat sedemikian berpengaruh terhadap hidup ini? Bagaimana filsafat memasuki wilayah kehidupan ini?
II.      RUMUSAN MASALAH
Penulis susun rumusan masalah akan kita kaji dalam resume ini, yaitu:
A.    Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
B.     Hakikat Manusia, Masyarakat, Alam, dan Ilmu Pengetahuan
C.     Hakikat Pendidikan
D.    Hakikat Pendidik
E.     Hakikat Peserta Didik
F.      Hakikat Kurikulum
G.    Metode Pendidikan Islam
H.    Evaluasi Pendidikan
I.       Konsep Pendidikan menurut Al-Ghozali dan Ibnu Khaldun
J.       Kurikulum 2013
III.   PEMBAHASAN
A.  Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, namun suatu cara hidup yang kongkret, pandangan hidup yang total tentang manusia dan alam semesta. Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaituphile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dengan demikian, berdasarkan asal usul philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sifat seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan, yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat, yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya. Adapun secara mikro meliputi:
a.       Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education)
b.      Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man).
c.       Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d.      Merumuskan secara hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, teori dan pendidikan.
e.       Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan)
f.       Merumuskan sistem sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
B.  Hakikat Manusia, Masyarakat, Alam, dan Ilmu Pengetahuan
Jika kita mendengar kata filsafat maka konotasi kita akan segera pada sesuatu yang besifat prinsip yang juga sering dikaitkan pada pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai dasar. Manusia berarti makhluk yang berakal budi dan mampu menguasai makhluk lain.  Makhluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.  Individu mengandung arti seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan organik dengan sesama. Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Hakikat manusia menurut al-Qur’an ialah bahwa manusia itu terdiri dari unsur jasmani, unsur akal, dan unsur ruhani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk di kembangkan. Sehingga konsekuensinya pendidikan harus di desain untuk mengembangkan jasmani, akal, dan ruhani manusia.
Sebagaimana pendapat soerjono soekanto, ada 4 unsur yang tepat dalam masyarakat, yaitu:
                                          i.  Adanya manusia yang hidup bersama
                                        ii.  Mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menimbulkan system komunikasi dan tatacara pergaulan lainnya.
                                      iii.  Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan.
                                      iv.  Merupakan system kehidupan bersama yang menimbulkan kebudayaan.
Alam dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم ) yang seakar dengan ’ilmu (علم, pengetahuan) dan alamat (مة علا, pertanda). Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh hikmah. Dengan memahami alam, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan.

C.  Hakikat Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang sangat vital dalam kehidupan manusia, tanpa pendidikan peradapan manusia tidak akan berkembang. Pendidikan dianggap penting untuk mempermudah proses pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan zaman yang sangat pesat. Secara etimologis pengertian pendidikan dijelaskan oleh berbagai bangsa di dunia dengan istilah yang berbeda-beda. Menurut bangsa Yunani, pendidikan adalah ‘pedagogik’ yaitu ilmu menuntun anak. Bangsa Romawi memandang pendidikan adalah educare yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Secara Terminologis disampaikan oleh beberapa pakar. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Rohimin, dkk, 2011: 4), pendidikan merupakan usaha memajukann budi pekerti, pikiran dan fisik supaya tercipta kesempurnaan hidup dan hidup anak menjadi selaras dengan alam dan masyarakat.
“Pendidikan merupakan ‘transfer of knowledge, transfer of value, transfer of of culture, and transfer of religius’ yang semua diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia” (Rohimin, dkk, 2011: 8). Hakikat pendidikan yaitu usaha untuk mengubah perilaku tiap anggota masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut Paula Freire (dalam Rohimin, dkk, 2011: 8), “hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri”. Dalam konteks ajaran agama Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan fitrah manusia dengan tuntunan Al-Quran dan hadist.
D.  Hakikat Pendidik
Dalam konteks pendidikan Islam pendidik disebut dengan Murabbi, mu’allim dan muaddib, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, sedangkan kata mu’allim pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian ilmu dari seseorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. istilah Muaddib lebih luas dari Muallim dan lebih releven dengan konsep pendidikan Islam.
Hakekat pendidik menurut Al-Ghazali mengemukakan sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai berikut: Guru adalah orang tua kedua didepan murid, pewaris ilmu Nabi, petunjuk jalan dan bimbingan keagamaan murid, sentral figure bagi murid, motivator bagi murid, seorang yang memahami tingkat intelektual murid, teladan bagi murid.
Menurut Abdul Rahman An-Nahlawi seperti yang dikutip oleh Ramayulis menyebutkan tugas pendidik adalah: pertama, fungsi penyucian yakni sebagai pembersih, pemelihara dan pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia. Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
1.      Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran.
2.      Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.
3.      Bersifat sabar dalam mengajar.
4.      Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
5.      Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi.
6.      Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional.

E.  Hakikat Peserta Didik
Hakikat Peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central object), yang kepadanya lah segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan dirujukkan. Sedangkan Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kepribadian Peserta didik dijelaskan oleh Abuddin Nata mengutip pendapat thasyi kubra zaedah mengatakan bahwa seorang peserta didik tidak diperbolehkan menilai rendah atau menganggap tidak penting terhadapo ilmu pengetahuan yang ia tidak kuasai ataupun tidak disenangi. Kepribadian Peserta Didik yang paling penting menurut Athiyah al-Abrasyi yaitu; pertama, tekun dan bersungguh, kedua saling menyayangi sesame, ketiga giat dan tidak pernah bosan. Selain itu jaga hati senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Etika Peserta Didik menurut Ahmad Tafsir mengutip Sa’id Hawwa, yaitu;Mendahulukan kesucian jiwa, mengurangi keterkaitan dengan kesibukan duniawi, tidak sombong dan sewenang-wenang, menjaga diri pada perbedaan pendapat/khilafiyah antar mazhab, mengutamakn ilmu yang terpenting baginya, tidak menekuni banyak ilmu sekaligus/berurutan, tidak peajari ilmu lain sebelum tuntas ilmu yang sedang dipelajari, mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia/utama.
Kebutuhan Peserta didik anatar lain; Fisik, sosial, mendapat status, mandiri, berprestasi, ingin disayangi dan dicintai, mencurahkan perasaan, memiliki filsafat hidup. Dimensi Peserta didik yang kiranya harus terpenuhi, Zakiyah darajat membaginya pada 7 dimensi pokok; Dimensi Fisik, Akal, keberagamaan, akhlak, rohani, seni, social.
F.   Hakikat Kurikulum
Secara etimologi kurikulum memiliki asal usul katadari “Kurikulum < curese < currerre (jumlah yang ditempuh)Dalam bahasa latin berarti:Berlari cepat, Tergesa-gesa, Menjalani. Pengertian kurikulum dalam arti luas adalah kegiatan belajar-mengajar yang mencakup di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan Pengertian kurikulum dalam arti sempit yaitu kegiatan belajar-mengajar yang hanya ada di dalam kelas saja. Ahmad Tafsir menjabarkan bahwa kurikulum dapat diartikan dua macam: Satu, sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Dua sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan. Hilda Taba memberikan 4 aspek dalam kurikulum: Tujuan, isi, pola belajar mengajar, evaluasi.
Dasar dan Prinsip Hakikat Kurikulum sebagaimana menurut Penulis pendidikan islam Al-Syaibani dan Abdul Mujib, menetapkan dasar pokok bagi kurikulum sebagai berikut: Dasar Religi, Falsafah (Dimensi Ontologis, Epistimologis, aksiologis), Psikologis, Sosiologis, Organisatoris. Prinsip pengembangan kurikulum sesuai UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 36, yaitu; Mengacu Standar Nasional Pendidikan untuk wujudkan tujuan pendidikan nasional, prinsip verifikasi sesuai dengan satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik, sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan perhatikan (IMTAQ, akhlaq, potensi kecerdasan, keragama potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan, tuntutan dunia kerja, perkembangan IPTEK, dinamika perkembangan global dan persatuan nasional serta nilai kebangsaan), berpusat pada (potensi, perkembangan, kebutuhasn dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya), Beragam dan terpadu, relevan dengan kebutuhan hidup, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang (kepentingan nasional=daerah). Teori-teori Kurikulum yaitu; Berorientasi struktur, menghargai, isi, proses.


G. Metode Pendidikan Islam
Hakikat dasar dan prinsip metode pendidikan Islam, Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan-tujuan. Sementara itu , pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mwujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam. Hal ini tidak bias terlepas dari dasar agama, biologis, psikologis, dan sosiologis.
Macam, Tugas dan Metode Pendidikan, Macam Metode; Kisah, dialog, amtsal, teladan, pembiasaan, targhib dan tarhib. Tugas Metode Pendidikan adalah mengadakan aplikasi prinsipprinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberikan serta meningkatkan keterampilan olah piker.
Fungsi dan Prosedur Metode Pendidikan, Fungsinya untuk mengarahkan keberhasila belajar, pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan. Dengan demikian jelaslah bahwa metode amat berfungsi bagi penyampaian pendidikan.

H.  Evaluasi Pendidikan
Pengertian Evaluasi, Evaluasi mempunyai banyak istilah, berasal dari bahasa inggris “evaluation” = penilaian/penaksiran (John M Ecols&Hasan Shadily), “to evaluate” menilai. Berate mengevaluasi artinya memberikan penilaian dengan menguji baik dari tes/nontes. Allah pun juga menguji hambanya yang beriman termasuk para nabi. Setelah dilakukan uji, amaka ada 2 kemungkinan: Lulus dan Tidak Lulus. Dan setelah itu ada namanya reward (apresiasi/hadiah), atau punishment (hukuman).
Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan, Prinsip Umum, yaitu; Objectif dan adil, kontinuitas, komprehensif (menyeluruh), praktis, bermakna dan ikhlas, valid, dicatat dan akurat. Prinsip Khusus, yaitu; Jenis penilaian yang digunakan kesempatan terbaik dan maksimal, melakukan prosedur secara tepat.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pendidikan, Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu : input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ; Fungsi selektif, Fungsi diagnostic, Fungsi penempatan, Fungsi keberhasilan. Menurut Kunandar, Penilaian kelas memiliki fungsi, yaitu: Mengukur kompetensi dan kepuasan murid, mengevaluasi hasil belajart murid, menentukan kesulitan belajar, membantu guru membuat pertimbangan administrasiatau akademis. Setelah fungsi penilaian, kita akan memahami fungsi evaluasi secara keseluruhan, sbb: Psiokologi, Sosiologis, didaktis-metodis, kedudukan murid, kesiapan peserta didik, memberikan bimbingan, administrative.

I.     Konsep Pendidikan menurut Al-Ghozali dan Ibnu Khaldun
Al-Ghozali adalah seorang ulama’ besar yang sebagian beser waktunya dihabiskan untuk memperdalam khazanah keilmuan. Lahir di Khurasan tahun 450 M/1058 H. Konsep pendidikan Islam menurut Al-Gahzali, tujuan pendidikan adalah proses internalisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan sarana utama untuk menyiarkan ajaran islam, memlihara jiwa, dan qarub Ila Allah. Oleh karena itu pendidikan merupakan ibadah dan upaya meningkatkan kualitas diri. Tujuan pendidikan jangka pendek adalah mempersiapkan peserta didik agar siap melaksanakan tugas mulia dimasa depan. Tujuan jangka panjang, membentuk peserta didik untuk jadi insan kamildan berakhlak mulia. Pendikan adalah proses interaksi yang menuntut adanya komunikasi aktif antara guru dan muridnya. Pendidik itu al-mu’allimin, al-mudaris, al-walid.Peserta didik itu al –ashoby, al’muta’allim, thalabul ilmu. Kurikulumnya didasarkan dalam raangka mendekatkan diri pada Allah. Metodenya keteladanan, hafalan, pendidikan fitrah.
Ibnu Khaldun, Nama lengkapnya Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Abu Bakar…bin Khaldun Al-Hadlramy At-Tunisy yang mendapat gelar “Waliyuddin”, dari keturunan Hadlralmaut Yaman. Menurut Ibnu Khaldun Ilmu itu ada dua macam; pertama ilmu yang menjadi tujuan (ulumun maqsudan bidzatiha) seperti ilmu-ilmu syariah dan kedua ilmu alat atau pelantara untuk memahami ilmu pertama. Tujuan pendidikan Islam adalah dapat menanamkan keyakinan imaniyah di dalam hati/jiwa peserta didik, menginternalisasi nilai-nilai moral yang luhur melalui nilai-nilai agama. Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu yang ada di tengah-tengah masyarakat sumbernya dari dua jalur: Pertama al-Ulum an-Naqliyah, yaitu ilmu-ilmu yang sumber pokoknya, yaitu Tuhan dengan melalui wahyu. Kedua al-Ulum al-Aqliyah, yang diperoleh manusia melalui kemampuan nalarnya dan kekuatan akalnya.

J.    Kurikulum 2013
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Seperti dikatakan oleh Prof. Rupert. C. Lodge, yaitu “in this sence, life is education, and education is life”. Artinya, seluruh kehidupan memiliki nilai pendidikan karena kehidupan memberikan pengaruh kepada pendidikan bagi seseorang atau masyarakat. Kurikulum dibangsa kita terbagi dalam 4 masa, Kurikulum Pra Kemerdekaan, Kurikulum Orde Lama, Kurikulum Orde Baru, dan Kurikulum Pasca Reformasi.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan. Kurikulum, yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
IV.   PENUTUP
Penulis sangat menyadari jika dalam makalah sederhana ini masih banyak kekurangan. Karena itu, penulis membuka diri untuk menerima kritik yang membangun guna tersempurnanya makalah ini.



[1] A. Tafsir, Akal dan Hati dari Thales sampai Capra, Bandung: Rosdakarya, 2001. Halaman 9.

No comments:

Post a Comment