PENDAHULUAN
Air adalah zat atau materi
atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat
ini di bumi, tetapi tidak di planet lain.[1]
Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer
kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut
(air asin)
dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan,
hujan,
sungai,
muka air tawar,
danau,
uap air,
dan lautan es.
Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air,
yaitu: melalui penguapan,
hujan,
dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air,
sungai,
muara)
menuju laut.
Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub
utara dan selatan planet Mars,
serta pada bulan-bulan Europa
dan Enceladus.
Air dapat berwujud padatan
(es), cairan
(air) dan gas
(uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di
permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
LATAR BELAKANG
Air
merupakan senyawa yang paling berlimpah didalam sistem hidup dan mencakup 70% atau lebih dari bobot hampir
semua bentuk kehidupan. Dapat kita lihat pada setiap sel pada organisme hidup
terisi oleh air. Air merupakan medium tempat berlangsungnya transport nutrien,
reaksi-reaksi enzimatis metabolisme, sel dan transfer energi kimia. Oleh karena
itu, semua aspek dari struktur dan fungsi
sel harus beradaptasi dengan sifat-sifat fisik dan kimia air. Selain hal
tersebut disebutkan bahwa “Our planet is
a very much a water planet, unique in having large amounts of liquid water the
ocean on its surface. The ocean not only cover 71% of the globe, but also
regulate in climate and atmosphere”.[2]
Dari
pernyataan dapat dipahami bahwa planet kita adalah sebuah planet yang unik
karena memiliki air yang berlimpah. Air tersebut tidak dapat kita jumpai selain
di planet kita (Bumi). Samudra yang terdapat di bumi 71% tertutup oleh air yang
bisa mempengaruhi iklim dan atmosfer. Pengaruh iklim bisa kita lihat pada saat
proses terjadinya hujan. Butiran hujan yang membeku memunculkan adanya hujan
salju. Proses terjadinya sebelumnya juga telah Allah firmankan di dalam
Al-qur’an surat An-Nur ayat 43 yang berbunyi
:
ﺍﻟﻡ
ﺘﺭﺍﻦ ﷲ ﻴﺭﺠﻰ ﺴﺤﺎﺑﺎ ﺛﻡ ﻴﺆﻟﻒ ﺒﻳﻧﻪ ﺛﻡ ﻴﺠﻌﻟﻪ ﺭﻜﺎﻤﺎ ﻔﺗﺭﺍﻟﻭﺪﻖ ﻴﺤﺭﺞ ﻣﻥ ﺤﻼﻟﻪ ﻭﻴﻧﺰﻞ ﻣﻥﺍﻠﺴﻤﺎﺀ
ﻣﻥﺟﺑﺎﻞ ﻔﻴﻬﺎ ﻣﻥﺒﺮﺪ ﻔﻴﺼﻴﺐ ﺒﻪ ﻤﻥ ﻴﺸﺎ ﺀﻭﻴﺻﺮﻔﻪ ﻋﻥ ﻤﻥﻴﺸﺎﺀ ﬞ ﯿﻜﺎﺩ ﺴﻨﺎ ﺑﺮﻗﻪ ﻴﺬﻫﺐ ﺒﺎﻻﺑﺼﺎﺮ
Artinya
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mgarak
awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan
Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya
dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir
menghilangkan penglihatan." (QS.An-Nur : 43)
PEMBAHASAN
1. Sifat
kimia dan fisika yang dimiliki air
INFORMASI
TENTANG AIR
|
|
Nama
sistematis
|
Air
|
Nama
alternatif
|
Aqua,
Dihidrogen monoksida, Hidrogen hidroksida
|
Rumus
molekul
|
H2O
|
Massa
molar
|
18.0153
g/mol
|
Densitas
dan fase
|
0.998
g/cm³ (cariran pada 20 °C)
0.92 g/cm³ (padatan) |
Titik
lebur
|
|
Titik
didih
|
100 °C
(373.15 K) (212 °F)
|
Kalor
jenis
|
4184
J/(kg·K) (cairan pada 20 °C)
|
a. Sifat
kimia
Air
adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O.
Satu molekul
air tersusun atas dua atom
hidrogen
yang terikat secara kovalen
pada satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa
dan tidak berbau
pada kondisi standar, yaitu pada tekanan
100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut
yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam,
gula,
asam,
beberapa jenis gas
dan banyak macam molekul organik.
Air sering disebut sebagai pelarut
universal karena air melarutkan banyak zat kimia.
Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair
dan padat
di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+)
yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya
arus listrik.
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron,
tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-).
Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen
(O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke
katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga
terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari
elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
Gas hidrogen
dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda dan dapat
dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan
hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan hidrogen.
b. Sifat
fisika
Air
adalah pelarut
yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia.
Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam)
disebut sebagai zat-zat "hidrofilik"
(pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak
dan minyak),
disebut sebagai zat-zat "hidrofobik"
(takut-air). Air mempunyai titik lebur, titik didih, dan panas penguapan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan hampir semua cairan yang biasa dijumpai pada
hampir semua cairan. Ini menunjukkan bahwa adanya gaya tarik menarik diantara
molekul-molekul air yang berdekatan, yang memberikan air gaya kohesi internal
yang tinggi. Sebagai contoh, panas penguapan merupakan ukuran langsung dari
jumlah energi yang dubutuhkan untuk mengalahkan gaya tarik-menarik diantara
molekul air yang berdekatan, sehingga molekul tersebut dapat saling berpisah
dan masuk ke fase gas.[3]
Kelarutan
suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi
kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik
antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap
dalam air. Air menempel pada sesamanya (kohesi)
karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan parsial
negatif (σ-) dekat atom
oksigen
akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah
muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi
karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif
dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih kekuatan tarik
pada elektron-elektron
yang dimiliki bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke
arahnya (juga berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan
membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang
daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen. Air memiliki pula sifat adhesi
yang tinggi disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.
2. Pengertian
hujan
Hujan merupakan salah satu bentuk
prespitasi. Prespitasi adalah semua jenis cairan yang berasal dari
atmosfer. Prespitasi mencakup hujan,
salju, gerimis, hujan butiran es (sleet),
dan hujan es (hail). Hujan terbentuk
apabila titik air
yang terpisah jatuh ke bumi
dari awan.
Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika
jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi.
Lembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan,
terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi,
dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai
dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang
itu semula.
3. Jenis-jenis
hujan
a. Berdasarkan
ukuran butirnya
(1.) Hujan
gerimis, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
(3.) Hujan
batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya
dibawah 0° celsius,
sebagian besar hujan es lebarnya 5-50 mm (1/4 – 2 inchi),
namun beberapa ada pula yang sebesar jeruk.[4]
(4.) Hujan
deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° celsius
dengan diameter ±7 mm.
b.
Berdasarkan terjadinya, hujan
dibedakan menjadi
(1.) Hujan siklonal
(2.) Hujan zenithal
(3.) Hujan orografis
(4.) Hujan frontal
(5.) Hujan muson, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik
disertai dengan angin berputar. yaitu hujan yang sering terjadi di daerah
sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat
Tenggara.[5]
4.
Proses terjadinya hujan
Hujan
adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awal terjadinya hujan
berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk,
air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain
sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga
bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda
lain yang mengandung air. Hujan terjadi ketika butiran awan kecil di dalam awan
bergabung membentuk butiran-butiran air yang lebih besar
Hujan
Air
Gambar
1 . siklus air (sumber : adipedia.com)
Air pada awalnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal. Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan membesar menuju langit atau atmosfer bumi yang suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin tinggi maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah maka akan turun tetap sebagai salju. Hujan tidak hanya turun berbentuk air dan es saja, namun juga bisa berbentuk embun dan kabut. Hujan yang jatuh ke permukaan bumi jika bertemu dengan udara yang kering, sebagian ujan dapat menguap kembali ke udara. Bentuk air hujan kecil adalah hampir bulat, sedangkan yang besar lebih ceper seperti burger, dan yang lebih besar lagi berbentuk payung terjun. Hujan besar memiliki kecepatan jatuhnya air yang tinggi sehingga terkadang terasa sakit jika mengenai anggota badan kita
Hujan
salju
Gambar
2. Hujan salju (sumber : adipedia.com)
Proses terjadinya salju berawal
dari uap air yang berkumpul di atmosfer bumi, kumpulan uap air mendingin sampai
pada titik kondensasi (yaitu temperatur di mana gas berubah bentuk menjadi cair
atau padat), kemudian menggumpal membentuk awan. Pada saat awal pembentukan
awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut
mengapung di udara persis seperti kayu balok yang mengapung di atas permukaan
air. Namun, setelah kumpulan uap terus bertambah dan bergabung ke dalam awan
tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak
sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air pun jatuh ke bumi.
Partikel air yang jatuh itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel
lain). Air murni tidak langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius,
karena pada suhu tersebut terjadi perubahan fase dari cair ke padat. Untuk
membuat air murni beku dibutuhkan temperatur lebih rendah daripada 0 derajat
Celcius. Ini juga terjadi saat kita menjerang air, air menguap kalau
temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada 100 derajat Celcius
adalah perubahan fase dari cair ke uap.
Untuk mempercepat perubahan fase
sebuah zat, biasanya ditambahkan zat-zat khusus, misalnya garam dipakai untuk
mempercepat fase pencairan es ke air. Biasanya temperatur udara tepat di bawah
awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udara tergantung pada
ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi, temperatur yang rendah saja
belum cukup untuk menciptakan salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut
bersentuhan dengan udara, maka air murni tersebut terkotori oleh
partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi
mempercepat fase pembekuan, sehingga air murni dengan cepat menjadi
kristal-kristal es. Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini
disebut nukleator, selain berfungsi sebagai pemercepat fase pembekuan, juga
perekat antar uap air. Sehingga partikel air (yang tidak murni lagi) bergabung
bersama dengan partikel air lainnya membentuk kristal lebih besar. Jika temperatur
udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es jatuh ke
tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, kristal es tersebut meleleh dan sampai ke
tanah dalam bentuk hujan air. Pada banyak kasus di dunia ini, proses turunnya
hujan selalu dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan, tapi
kemudian mencair saat melintasi udara yang panas. Kadang kala, jika temperatur
sangat rendah, kristal-kristal es itu bisa membentuk bola-bola es kecil dan
terjadilah hujan es. Kota Bandung termasuk yang relatif sering mengalami hujan
es. Butiran es dari hujan es juga dapat mengakibatkan kerusakan senilai jutaan
dolar tiap tahunnya pada tanaman perkebunan di daerah Great Plains di Amerika
Serikat. Di daerah tersebut petani menyebut ancaman hujan es sebagai “wabah
putih”. Butiran hujan es dapat
memecahkan kaca jendela dan lampu lalu lintas, membuat penyok mobil dan
pesawat,menghancurkan atap rumah, serta melukai penduduk. Meski memiliki dampak
yang merugikan disisi lain terdapat sisi keindahan yang tersimpan pada butiran
salju. Kristal salju memiliki struktur unik, tidak ada kristal salju yang
memiliki bentuk yang sama di dunia ini seperti sidik jari kita. Salju
sudah turun semenjak bumi tercipta hingga sekarang, dan tidak satu pun salju
yang memiliki bentuk struktur kristal yang sama
Gambar
3. Macam-macam bentuk salju (sumber : faikshare.com)
Keunikan salju yang lainnya adalah
warnanya yang putih. Kalau turun salju lebat, hamparan bumi menjadi putih,
bersih, dan seakan-akan bercahaya. Ini disebabkan struktur kristal salju
memungkinkan salju untuk memantulkan semua warna ke semua arah dalam jumlah
yang sama, maka muncullah warna putih. Fenomena yang sama juga bisa kita dapati
saat melihat pasir putih, bongkahan garam, bongkahan gula, kabut, awan, dan cat
putih.
PENUTUP
Demikianlah
laporan yang saya buat. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
ini. Untuk itu kritik dan saran senantiasa kami nantikan demi kesempurnaan
laporan ini kedepannya. Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Castro, Peter dkk. Marine Biology. New York : Mc.Graw Hill
Lehninger, Maggy Thenawijaya. 1997. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :
Erlangga
Nicholson, Sue. 2001. Intisari Ilmu
Cuaca. Jakarta : Erlangga
http://www.faikshare.com/2010/12/
No comments:
Post a Comment