Implementasi NDP; Landasan moral-etis laku kader pergerakan
Manusia
sebagai makhluk individu sekaligus sosial yang diturunkan dimuka bumi menjadi
khalifah fil’ardh mempunyai peran yang sangat penting dalam hubungannya dengan
Allah, hubungan dengan manusia, dan hubungannya dengan alam. Peran disini dapat
kita artikan sebagai tugas yang tak
dapat digantikan dalam
menjalankannya yang harus diemban
manusia atas konsekuensinya lahir dimuka bumi ini. Tak lain untuk memakmurkan
, menjaga keseimbangan dan melestarikan kehidupan serta keberlangsungan alam
semesta. Sehingga fitrah manusia yang demikian menjadikan landasan berfikir dan
pergerakan dalam wadah organisasi PMII. Nilai-nilai dasar pergerakan tersebut
menjadi refleksi juga pijakan dalam mengatasi serta memberikan solusi dalam
menyelesaikan segala problematijka kehidupan umat manusia.
Tuhan
telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya dengan penuh
eseimbangan dan kesempurnaan, tidak ada celah cacat sedikitpun yan g dapat kita
lihat. Semua ini menggambarkan betapa Maha Kuasa dan Maha Agungnya san Khaliq.
Kita sebagai salah satu makhluk ciptaanNya hendaknya untuk mau merenungi dan berfikir akan segala ciptaanNya untuk
diambil pelajaran serta hikmah yang tersembunyi didalamnya.
Selain
sebagai khalifah fil ‘ardh dengan segala potensi dan kelebihan berupa akal
fikiran juga hati perasaan akan menjaga serta melestarikan alam semesta ini demi tercipta keseimbangan,
manusia juga mempunyai kedudukan sebagai ‘abdu (hamba) yang harus tunduk dan
taat terhadap otoritas ke-Tuhan-an. Sehingga untuk mengontrol dan mengatur
manusia, tuhan menurunkan agama yang didalamnya berisi petunjuk dan tata aturan
agar manusia dapat mengemban serta menjalankan tugasnya dengan baik.
Rumusan
diatas diharapkan mampu menjadi landasan bagi segenap insan pergerakan dalam
melakukan setiap tindakan agar tetap berada pada koridor-koridor yang ada.
Dengan
kesadaran akan kedudukan manusia sebagai hamba dan khalifah, ini secara tidak
langsung insan pergerakan telah berupaya untuk mengejawantahkan serta menjiwai
NDP dalam kehidupan nyata. Jadi, segala aktivitas baik dalam kehidupan
berorganisasi maupun bermasyarakat, kader PMII harus tetap berada dalam
koridor-koridor yang telah terumuskan dalam NDP agar senantiasa membawa
kemaslahatan bagi seluruh umat manusia maupun alam semesta.
v Arti
NDP
adalah nilai yang secara mendasar merupakan perlambangan dari nilai-nilai
keislaman, kemerdekaan (al-Khurriyyah), persamaan (al-Musawwah), keadilan
(al-‘Adallah), toleran (Tasamuh), damai (al-Shulh), dan keindonesiaan;
keberagamaan yang mencakup perbedaan agama, ras, suku, golongan dan keyakinan dengan kerangka
pemahaman nilai Aswaja secara komprehensif.
Disamping
itu, koherensi aspek iman, islam, dan ihsan menjadikan Aswaja sebagai manhaj al
fikr dan manhaj al tagayur al ijma’ (perubahan sosial) yang terus akan
merekonstruksi (menyusun kembali) pemahaman dan aktualisasi (perwujudan) ajaran
agama yang toleran, humanis, anti kekerasan dan kritis transformatif.
v Fungsi
Pemahaman
terhadap fitrah manusia sebagai khalifah fil ‘ardh dan sebagai ‘abdu, serta
pemahaman akan Islam sebagai agama yang rohmatal lil ‘alamin tidak lain
merupakan kerangka dan landasan dalam
setiap fungsi dari NDP yang akan membentuk karakter kader serta dalam
menentukan tujuan dalam setiap pergerakan PMII.
Ø Kerangka
Ideologi
Menjadikan
rumusan-rumusan yang mampu memberikan proses ideologis terhadap kader,
sekaligus memberikan dialektika konsep dan realita secara menyeluruh dalam
proses perubahan sosial, akan menjaddi landasan berfikir dan tindakan kader
sebagai insan yang bergerak aktif memperjuangkan kemaslahatan ummat, khususnya
bagi kaum lemah atau yang sengaja dibuat lemah dan kalangan yang
termarginalkan.
Ø Kerangka
Refleksi
NDP
bergerak dalam pertarungan ide-ide, paradigma, nilai-nilai yang akan memperkuat
tingkat kebenaran-kebenaran ideal yang sifatnya mengikat, absolut dan total.
Oleh karena itu kerangka ini menjadikan moralitas sekaligus tujuan absolut
dalam pencapaiaan nilai-nilai seperti kebenaran, keadilan dan kemerdekaan yang
berpihak terhadap hak-hak kemanusiaan.
Ø Kerangka
Aksi
Dalam
hal ini, aktualisassi diri dan pembelajaran terhadap dinamika sosial akan
memperkuat kebenaran-kebenaran faktual. Kebenaran tersebut kemudian akan
bersentuhan dengan pengalaman historis, ruang dan waktu yang berbeda. Sehingga
memungkinkan insan pergerakan memperbaharui rumusan kebenaran dengan
historisitas atau dinamika sosial yang senantiasa berubah dan menyesuaikan
dengan keadaan kultur dan sosial masyarakat setempat.
v Kedudukan
1. NDP
menjadi sumber kekuatan ideal moral dari aktifitas pergerakan
2. NDP
menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berfikir,
berucap, dan bertindak.
3. NDP
sebagai rujukan, landasan, dan cara berfikir pergerakan.
Secara
esensial, nilai dasar pergerakan merupakan suatu sublimassi nilai keislaman dan
keindonesiaan dengan kerangka pemahaman ahlussunnah wal jamaah yang dijiwai
atass aaturan, memberi arah dan mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan
PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan
menginspirasi NDP dengan mencakup bidang aqidah, syariah, dan akhlaq dalam
rangka memperoleh kesejahteraaan hidup. Dalam rangka memahami NDP itu, PMII
menjadikan aswaja sebagai pemahaman keagamaan yang paling sesuai dengan
realitas yang ada.
NDP
berfungsi sebagai landasan berpijak, berfikir, dan sebagai motivasi gerakan.
Fungsi ini merupakan rumusan yang cukup
kompleks dan semestinya dijadikan dasar utama dari tiap gerakan.mengingat saat
ini, gerakan yang ditonjolkan hanya terkesan manis dilidah dan jauh dari
substansi.
v Rumusan
Nilai-nilai Dasar Pergerakan
Dalam NDP
setidaknya ada beberapa rumusan nilai-nilai dasar pergerakan, diantaranya:
1.
Tauhid
Meng-Esa-kan Allah SWT merupakan
nilai paling asasi yang dalam sejarah agama samawi telah terkandung sejak awal
keberadaan manusia dimuka bumi ini, dalam segala totalitas, baik dzat, sifat,
maupun perbuatanNya. Meyakini adanya sesuatu yang lebih tinggi dari alam
semesta yang merupakan manifestasi kesadaran dan keyakinan kepada sesuatau yang
Maha ghaib. Oleh karena itu tauhid merupakan titik puncak yang melandasi dan
menjadi sasaran keimanan yang mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat
lisan dan perwujudan dalam bentuk perbuatan. Dengan konsekuensinya manusia pergerakan
harus mampu menanamkan dan menetaskan nilai-nilai tauhid dalam ssegala aspek
kehidupan baik dalam konteks gerakan maupun pola pikir. Dengan memahami dan
mewujudkannya, pergerakan mahasiswa islam indonesia telah memilih ahlussunnah
wal jama’ah sebagai metode pemahaman dan penghayatan akan ke-esa-an Allah SWT.
Manusia sebagai hamba mempunyai
tanggung jawab yang sangat mendasar ketika mencoba menerapkan segala hal dalam
konteks ketauhidan. Manusia sebagai hamba Allah yang memiliki tanggung jawab
(kefitrahan). Manusia diciptakan dalam keadaan suci, maka sebagai bentuk
konsekuensinya manuisa pada saat kembali menghadap Allat harus dalam keadan suci pula. Untuk itu Allah
telah memberikan berbagai cara kepada manusia untuk mensucikan diri sebagai
modal awal ketika akan menghadapNya. Selain itu manusia sebagai khalifah fil
ardh memilki tanggung jawab untuk mengarahkan manuisa lainnya agar selalu
menjaga kestabilan dan kelestarian alam semesta. Untuk mewujudkannya manuisa
harus mampu membentuk pribadi yang bertanggung jawab dalam hal hubungannya
dengan Alla, sesama manuisa, dan alam sekitarnya.
2.
Hubungan Manusia dengan Allah (hablum
minallah)
Allah adalah
pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik
kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia dihadapan
ciptaanNya yang lain. Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya
pikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Dengan karunia akal dan fikiran
itulah kiranya untuk dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil.
Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan
hamba Allah.
Sebagai
khalifah, manusia bisa memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh
Allah ditawarkan kepada makhlukNya. Sebagai hamba Allah, manusia harus
melaksanakan ketentuan-ketentuanNya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan
kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh
kedalam kedudukan yang rendah.
Sebagai ciptaan
Allah, terdapat dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang
didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah dan Hamba Allah. Kedua pola
ini dijalani secara seimbang, lurus dan teguh, dengan tidak menjalani yang satu
dengan mengabaikan ynag lain. Sebab dengan mengambil salah satu pola saja akan
membawa manusia kepada kedudukan dan fungsi kemanusiaan yang tidak sempurna.
Sebagai akibatnya manusia tidak akan mengejawantahkan prinsip tauhid secara
maksimal.
Pola hubungan
dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas, artinya pola ini dijalani dengan
mengharapkan keridhoan Allah. Sehingga perhatian dalam menjalani dua pola ini
adalah ikhtiar yang sunggu-sungguh. Sedangkan hasil optimal sepenuhnya kehendak
Allah. Dengan karunia berupa akal, manusia dapat berfikir, merenungkan dan
berfikir tentang ke-Maha-an Nya.
Manusia
dilengkapi dengan fitrah uluhiyah, fitrah suci yang selalu memproyeksikan
tentang kebaikan dan keindahan, sehingga tidak mustahil ketika manusia
melakukan sujud dan dzikir kepadaNya. Manusia berarti tengah menjalankan fung
al-Quddus. Ketika manuisa berbelas kasih dan berbuat baik serta menghormati
akan keberadaan orang lain, maka ia telah memerankan fungsi ar-Rahman dan
ar-Rahim. Ketika manuisa bekerja dengan ketabahan dan kesungguhan untuk
mendapatkan rizqi, maka manuisa telah menjalankan fungsi al-Ghoniyyu. Demikian
pula dengan peran ke-Maha-an Allah yang lain. Pendek kata, manuisa dengan
anugerah akal fikiran dan seperangkat potensi yang dimilikinya yang ia kerjakan
dengan niat yang sunguh-sungguh akan memungkinkan manusia menggapai dan
memerankan fungsi dari Asmaul Husna. Selain itu, dalam diri manusia
dikaruniai kemerdekaan sebagai esensi kemanusiaan utnuk menentukan dirinya,
namun kemerdekaan itu selalu dipagari oleh keterbatasan. Jadi, manusia bisa
bebas berikhtiar untuk menentukan nasibnya sendiri menjadi apapun.
3.
Hubungan Manusia dengan Manusia (hablum
minan nas)
Kenyataan bahwa
Allah meniupkan ruhNya kepada materi dasar manusia menunjukkan bahwa manusia
berkedudukan mulia diantara ciptaan-ciptaan Allah. Dan pada dasarnya, semua
manusia adalah makhluk yang bersaudara. Tidak ada kelebihan diantara yang satu
dengan yang lainnya, kecuali dengan ketaqwaanya seseorang. Setiap manuisa
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang menonjol pada potensi
kelebihannya dan ada juga yang menonjol
pada potensi kelemahannya, agar antara yang satu dengan yang lain memadu
kelebihan masing-masing untuk saling kait mengkait dalam rangka mencari dan
menggapai suatu kebaikan. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk saling
menghormati, menghargai, bekerjasama, tolong menolong,, menasehati, dan saling
mengajak kebenaran demi kebaikan bersama.
Dalam rangka
rasa saling menghormati harkat dan martabat masing-masing, berderajat berlaku
adil dan mengusahakan kebahagiaan bersama diperlukan kerja sama yang harus
didahului denga sikap keterbukaan, komunikasi dan dialog antar sesama. Semua
usaha dan perjuangan ini harus terus menerus dilakukan sepanjang sejarah
malalui pandangan seperti ini, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dapat dikembangkan.
Kerangka
bersikap tersebut mengisyaratkan bergerak secara dinamik dan kreatif dalam
kehidupan manusia . manuisa dituntut untuk memanfaatkan potensinya yang telah
dianugerahkan oleh Allah SWT. Melalui pemanfaatan potensi diri itu justru
manuisa menyadari asal mulanuya, kejadian, dan makna kehadirannya didunia.
Dengan demikian pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam kehidupan
manusia dilaksanakan dengan nilai
semangat kesadaran kritis yang senantiassa berada dalam nuansa religiusitas
agar tercipta tatanan kehidupan yang harmonis antar sesama manusia.
Hubungan antara
muslim dan nonmuslim dilakukan guna membina kehidupan manusia dengan tanpa
mengorbankan keyakinan terhadap universalitas dan kebenaran islam sebagai
ajaran kehidupan. Dengan tetap berpegang pada keyakinan ini, dibina hubungan
dan kerja sama secara damai dalam mencapai cita-cita kehidupan bersama ummat
manusia. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup
dalam persaudaraan antar insan pergerakan, persaudaraan sesama Islam,
persaudaraan sesama warga bangsa dan persaudaraan sesama ummat manusia.
Perilaku persaudaraan ini harus mampu menempatkan insan pergerakan pada posisi yang dapat memberikan kemanfaatan
maksimal untuk diri dan lingkungan persaudaraan.
4.
Hubungan manusia dengan alam (hablum
minal ‘alam)
Alam semesta
adalah karya monumental ciptaan Allah SWT. Dia menentukan ukuran dan
hukum-hukumNya. Allah juga menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan
perbuatan Tuhan. Sebagai ciptaan Allah, alam berkedudukan sederajat dengan
manusia. Namun Allah menundukkan alam bagi manusia, dan bukan sebaliknya. Jika
sebaliknya ynag terjadi, maka manuisa akan terjebak dalam penghambaan terhadap
alam, bukan penghambaan terhadap Allah. Karena itu sesungguhnya berkedudukan
sebagai khalifah dibumi untuk menjadikan bumi maupun alan sebagai objek dan
wahana dalam bertauhid dan menegaskan dirinya.
Dijadikannya
alam untuk kehidupan manusia dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan didunia
dan diarahkan kepada kebaikan diakhirat. Kearah semua itulah hubungan manusia
dengan alam ditujukan. Dengan sendirinya cara-cara memanfaatkan alam,
memakmurkan bumi dan menyelenggarakan kehidupan pada umumnya juga harus
bersesuaian dengan tujuan yang terdapt dalam hubungan antara manusia dengan
alam. Melalui pandangan ini haruslah dijamin kebutuhan manusia terhadap
pekerjaan, nafkah dan masa depan. Maka jelaslah hubungan manusia dengan
alammerupakan hubuungan pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama. Hidup
bersama antar manusia berarti hidup dalam kerjasama, tolong menolong dan
tenggang rasa.
Salah satu hasil
penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu
pengetahuan dan teknologi.Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka
memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi. Dalam memanfaatkan diperlukan ilmu
pengetahuan dan teknologi karena alam memiliki ukuran, aturan, dan hukum
tertentu. Karena alam ciptaan Allah bukanlah sepenuhnya siap pakai, melainkan
memerlukan pemahaman terhadap alam dan ikhtiar untuk mendayagunakannya. Namun
pada dasarnya ilmu pengetahuan bersumber dari Allah. Penguasaaan dan
pengembangannya disandarkan pada pemahaman terhadap ayat-ayat Allah. Ayat-ayat
tersebut berupa wahyu dan seluruh ciptaanNya.
Untuk memahami
dan mengembangkan pemahaman terhadap ayat-ayat Allah itulah manusia mengerahkan
kesadaran moral, potensi kreatif berupa akal dan aktifitas intelektualnya.
Disini lalu diperlukan penalaran yang tinggi dan ijtihad yang utuh dan
sistematis terhadap ayat-ayat Allah, mengembangkan pemahaman tersebut menjadi
iptek, menciptakan kebaruan iptek dalam konteks kemanusiaan, maupun menentukan
simpul-simpul penyelesaiaan terhadap masalah-masalah yang ditimbulkannya. Iptek
merupakan perwujudan fisik dari ilmu pengetahuan yang dimilki manusia, terutama
digunakan untuk memudahkan kehidupan praktis.
Penciptaan
pengembangan dan penguasaan atas iptek merupakan keniscayaan yang sulit
dihindari. Jika manusia memungkinkan kemudahan hidup, untuk kesejahteraan dan
kemakmuran bersama bukan sebaliknya. Usaha untuk memanfaatkan iptek tersebut
menentukan pengembangan senmagat kebenaran, keadilan, kemanusiaan, kedamaian.
Semua hal tersebut dilaksanakan sepanjang hayat, seiring perjalanan hidup
manusia dan keluassan iptek. Sehingga bersamaan dengan keteguhan iman tauhid,
manusia dapat menempatkan diri pada derajat yang tinggi.
Dari sini, apa
yang bisa dipetik?NDP Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia haruslah diletakkan
dalam formasi landasan teologis normatif, etis dan motivatif dalam pola pikir,
pola sikap dan pola perilaku. Rumusan ini harus selalu dikaji dan dipahami
secara mendalam, dihayati secara utuh dan terpadu, dipegang secara teguh dan
dilaksanakan secara bijaksana.
Dengan demikian,
diharapkan Nilai dasar Pergerakan dapat terbina dengan baik dalam relung
kehidupan sahabat-sahabati PMII.
Sehingga tercetuslah, pribadi muslim yang berbudi luhur, berilmu, bertaqwa,
cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pen getahuaanya, yaitu sosok
ulul albab Indonesia yang sadar akan kedudukan dan perannya sebagai khalifah
Allah dibumi dalam zaman yang selalu berubah dan berkembang, beradab,
manusiawi, adil penuh rahmat dan berketuhanan.
*Oleh: Ahmad
Arif, Imam Wahyudi& Abdul jalil
No comments:
Post a Comment