SELAMAT DATANG DI BLOG ABDUL HALIM SOLKAN

Semoga segala yang penulis atau blogger tampilkan dapat bermanfaat!

Tuesday 18 August 2015

Desa dan Pelestarian Lingkungan

Oleh: Abdul Halim Solkan


Babak baru dan geliat positif Pemerintah Jawa Tengah guna wujudkan good governance dengan berlandaskan pembangunan berkelanjutan sedang diupayakan dan diwujudkan. Pembangunan berkelanjutan (sustainable) adalah pembangunan yang didasarkan atas kesejahteraan masyarakat serta keadilan dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang dengan keseimbangan pertumbuhan ekonomi, dinamika sosial dan pelestarian lingkungan hidup. Sebagaimana yang telah diberitakan sebelumnya bahwasanya  Gubernur dan Pemerintah Provinsi ini, melalui Balai Lingkungan Hidup sedang menggelorakan sebuah kebijakan yang begitu apik dan patut kita kawal dan dukung bersama, yaitu Memberikan anjuran agar Pemerintah Desa untuk menyusun Regulasi lewat Peraturan Desa (Perdes) tentang Pelestarian Lingkungan. Langkah Balai Lingkungan Hidup (BLH) mengusulkan kepada Gubernur terkait hal ini (baca: Perdes) mendapat respon positif dan Gayungpun bersambut. Gubernur menindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor 600/002146 tentang Penyusunan peraturan Desa terkait pelestarian lingkungan hidup kepada bupati/wali kota, dengan harapan hal ini dapat memfasilitasi penyusunan peraturan desa di wilayah masing-masing (SM,8/6/2015).

Pemuda dan Cita-cita Kemandirian

Oleh: Abdul Halim Solkan

Dalam Buku “Ilmu Sosial Dasar (Teori dan Konsep Ilmu Sosial)” M Munandar Soelaeman menyatakan bahwa ‘pemuda’ ata ‘generasi muda’ merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. Sebagaimana istilah ‘pemuda harapan bangsa’, ‘pemuda pemilik masa depan’, dan sebagainya yang semuanya menjadi beban moral sendiri bagi pemuda. Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai makhluk moral, makhluk sosial. Hal itu menunjukkan jika pemuda haruslah beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi.
Pernyataan-pernyatan tersebut diatas seolah menjadi hal yang utopis jika disematkan terhadap pemuda, karena hal itu kontradiktif dengan senyatanya. Pemuda saat ini dihadapkan dengan persoalan seperti ungkapan frustasi, masa depan suram, kecemasan, kenalan, serta masalah lainnya. Butuh sinergi semua pihak agar apa yang menjadi harapan bangsa bagi pemuda dapat dimanifestasikan untuk capai cita-cita kemandirian. Pemerintah, Pemodal (pengusaha), serta Organisasi kepemudaan harus menggerakkan segenap stakeholder agar hal tersebut (red: cita-cita kemandirian oleh pemuda) tidak sebatas pepesan kosong.