SELAMAT DATANG DI BLOG ABDUL HALIM SOLKAN

Semoga segala yang penulis atau blogger tampilkan dapat bermanfaat!

Thursday 19 December 2013

Interaksi Antara Mikroba dengan Kehidupan



Oleh : Abdul Halim

1.        Interaksi mikrobia ada berapa jenis? Jelaskan dan berikan masing-masing contohnya!
Pola atau bentuk interaksi antarmakluk hidup dalam satu ekosistem dapat berupa. kompetensi, predasi, simbiosis. Simbiosis adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang berbeda jenis. Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah, dapat menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun.



Jumlah populasi mikroorganisme dalam suatu komunitas supaya dapat mencapai jumlah yang optimal, maka mikroorganisme berinteraksi dan mempengaruhi organisme lain. Mikroorganisme harus berkompetisi dengan organisme lain dalam memperoleh nutrisi dari lingkungannya, sehingga dapat terus “lulus hidup” dan dapat berkembangbiak dengan sukses.
1.    Komensalisme
Interaksi antara mikroorganisme dengan organisme lain dimana satu jenis dapat diuntungkan dan jenis lain tidak dirugikan, hubungan interaksi semacam ini disebut komensalisme atau metabiosis. Interaksi bentuk komensalisme antar mikroorganisme biasanya berhubungan dalam proses metabolisme, satu jenis mikroorganisme memberikan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme lain. Sebagai contoh dalam saluran pencernaan manusia mikroorganisme anaerob obligat merupakan mikroorganisme yang berlimpah dan tumbuh dengan optimal. Bakteri asam asetat dan khamir terjadi hubungan komensalisme selama proses fermentasi asam asetat, dimana sel khamir menyediakan substrat alkohol bagi pertumbuhan bakteri asam asetat.
2.    Mutualisme
Interaksi antar mikroorganisme dapat saling menguntungkan, interaksi semacam ini disebut mutualisme. Hubungan interaksi mutualisme dapat terjadi antar mikroorganisme yang berkerjasama dalam proses metabolisme. Biasanya satu jenis mikroorganisme menyediakan nutrisi bagi mikroorganisme lain begitupula sebaliknya. Contohnya: Streptococcus faecalis dan Lactobacillus arabinosis yang bisanya tidak dapat tumbuh pada medium tanpa glukosa. S. faecalis membutuhkan asam folat yang dihasilkan oleh L. arabinosus sebaliknya L. arabinosus membutuhkan fenilalanin yang dihasilkan oleh S. faecalis. Ketika kedua baiakan mikroorganisme ditumbuhkan dalam medium yangsama, maka mereka mendapatkan nutrisi yang lengkap. Contoh lain antara bakteri Escherichia coli dan Proteus vulgaris, dimana E.coli menghidroslisis laktosa bagi Proteus vulgaris, sementara itu P. vulgaris menguraikan urea yang melepaskan sumber Nitrogen bagi pertumbuhan E.coli.
3.      Antagonisme
Hubungan antara mikroorganisme dengan organisme lain yang saling menekan pertumbuhannya disebut antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan suatu hubungan asosial. Biasanya Spesies yang satu menghasilkan suatu senyawa kimia yang dapat meracuni spesies lain yang menyebabkan pertumbuhan spesies lain tersebut terganggu. Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa sekret atau metabolit sekunder. Contoh dari antagonisme antara lain Streptococcus lactis dengan Bacillus subtilis. Pertumbuhan B. subtilis akan terhambat karena asam laktat yang dihasilkan oleh S. lactis. Interaksi antagonisme disebut juga antibiois. Bentuk lain dari interaksi antagonisme di alam dapat berupa kompetisi, parasitisme, amensalaisme dan predasi. Biasanya bentuk interaksi ini muncul karena ada beberapa jenis miktororganisme yang menempati ruang dan waktu yang sama, sehingga mereka harus memperebutkan nutrisi untuk tetap dapat tumbuh dan berkembangbiak. Akhirnya dari interaksi semacam ini memberikan efek beberapa mikroorganisme tumbuh dengan optimal, sementara mikroorganisme lain tertekan pertumbuhannnya.
4.      Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous), dan antar mikroba nonindigenous diatmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora, kista).
5.      Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara alami.
6.      Kompetisi
Kompetensi berarti persaingan. Dalam hal ini, terjadi persaingan antarmakluk hidup dalamsuatu ekosistem karena adanya kebutuhan hidup yang sama. Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.
7.      Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna organisme lain (prey). Hubungan antara pemangsa dan hewan yang dimangsanya sangatlah erat, pemangsa tidak akan dapat hidup jika tidak ada mangsa. Selain itu, pemangsa juga berperan sebagai pengontrol populasi mangsa. Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalahProtozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum (predator) dengan Paramaecium caudatum (prey), 
8.      Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah bakteri Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp. memparasit jamur Agaricus sp.
2.        Mikrobia memiliki banyak peran dalam kehidupan. Tidak semua mikrobia memiliki sifat merugikan, banyak mikrobia yang memiliki peran menguntungkan. Sebutkan peran mikrobia dalam kehidupan dan jelaskan secara singkat!
Contoh peran mikroba bagi kehidupan yang menguntungkan. Sebagimana Simbiosis di antara bakteri Rhizobium dengan akar kacang-kacangan dibahas dalam ilmu tersendiri yang dinamakan Rhizobiologi. Karena simbiosis ini sudah merupakan bisnis tersendiri. Sehingga berbagai inokulan (preparat hidup bakteri Rhizobium) banyak diperdagangkan, terutama hasil industri-bioteknologi di Amerika Serikat.
Tahap-tahap pembentukan nodul. Tahap-tahap dalam infeksi dan perkembangan nodul akar, saat ini sudah diketahui dengan baik, antara lain :
1.      Pengenalan pasangan yang sesuai pada tumbuhan dan bakteri dan penempelan bakteri terhadap akar tumbuhan Di sekitar bulu-bulu akar kacang-kacangan terkumpul sejumlah besar bakteri Rhizobium baik secara alami (misal pada ladang kacangkacangan) ataupun secara buatan (penambahan inokulan). Akibat terkumpulnya bakteri tersebut, bulu akar akan mengeluarkan triftopan, yang oleh bakteri diubah menjadi indol asetat Kehadiran indol asetat menyebabkan bulu akar menjadi berkerut dan bakteri juga menghasilkan enzim yang dapat melarutkan senyawa pektat yang terdapat di dalam fibril (selulosa) kulit bulu akar, sehingga bakteri dapat menempel pada buluh akar;
2.      Invasi bakteri ke dalam buluh akar dan terjadi ancaman infeksi. Akibat adanya larutanpektat, bakteri Rhizobium kemudian berubah menjadi bulat dan kecil-kecil serta dapat bergerak.. Senyawa pektat dapat berikatan dengan selulosa, sehingga dinding bulu akar menjadi tipis hingga dapat ditembus oleh bakteri Rhizobium;
3.      Berjalan sepanjang akar utama melalui tempat infeksi.;
4.      Pembentukan bakteroid (sel bakteri perusak) dalam sel tumbuhan dan terjadi perkembangan ke keadaan penambatan-nitrogen Di dalam bulu akar bakteri memperbanyak diri, kemudian memasuki bagian akar dengan membentuk benanginfeksi,hingga koloni bakteri didapatkan pada setiap sel akar;
5.      Berlangsungnya pembelahan bakteri dan sel tumbuhan, maka terbentuk nodul akar matur.
Penambatan/fiksasi nitrogen udara oleh bakteri Rhizobium cukup penting di dalam bidang pertanian. Rata-rata nitrogen yang terikat (kg) per hektar luas per tahun cukup tinggi, terutama untuk tanaman seperti semanggi (Trifolium spp.). Lupin (Lupinus sp.), dan kacang kedele (Glycine max).
Sehingga tidak mengherankan kalau di dalam sistem pertanian moderen yang banyak dilakukan di Eropa dan Amerika, penggunaan kacang-kacangan sebagai pupukhijau banyak dilakukan mengingat hasilnya yang cukup baik. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
§  Penambahan nitrogen ke dalam tanah secara biologi.
§  Mempertahankan sifat fisik tanah dengan banyaknya jatuhan daun dan batang kacangkacangan yang ditanam.
§  Beberapa jenis Rhizobium mempunyai kemampuan pula untuk mengurai residu pestisida sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya, hal ini dapat digunakan sebagai cara biologis di dalam pengendalian pencemaran tanah pertanian.
§  Daun kacang-kacangan selain untuk pupuk hijau juga merupakan makanan ternak berkualitas tinggi, terutama kandungan protein dan vitamin.
§  Buah kacang-kacangan tertentu, dapat dijadikan sumber protein.



[1] Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Tadris Biologi FITK IAIN Walisongo Semarang yang diampu oleh ibu Dian Ayuningtyas, M. Biotech
[2] Mahasiswa Tadris Biologi angkatan 2009 dengan NIM 093811001

Saturday 30 November 2013

Media Pembelajaran

 PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidup seseorang. Terjadinya proses belajar karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan di sekitarnya. Maka dari itu belajar terjadi di mana dan kapan saja. Dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang menunjukkan bahwa orang tersebut sedang mengalami proses belajar. Perubahan tersebut terjadi disebabkan terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, ataupun sikapnya.  
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien, meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan yang diharapkan[1]. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapai nya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.


    II.            RUMUSAN MASALAH
A.       Apa Pengertian Media?
B.        Media sebagai Alat Bantu?
C.       Bagaimana Peran Media Sebagai Sumber Belajar serta Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan?
D.       Apa Macam-macam Media?
E.        Bagaimana Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media?
F.        Apa Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media?
G.       Bagaimana Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber Belajar?

 III.            PEMBAHASAN
A.  Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (وسائل) pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memproleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini , guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan alat-alat garafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[2]
Pengertian media pendidikan secara definitive, dalam hal ini para ahli memberikan rumusan yang berbeda, masing-masing mempunyai wawasan dasar dan orientasi yang berlainan, namun demikian pada prinsipnya ada kesamaan pengertian yang mendasar. Dan dari beberapa mereka dapat disimpulkan bahwa media pendidikan atau pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengiriman ke sepenerima guna merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Sebagaipembawa (penyalur) pesan,media pengajaran tidak hanya digunakan oleh guru, tetapi yang lebih penting dapat pula digunakan oleh siswa.[3]
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan  melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakkan bahna dapat dikonkretkan dengan kehadiran  media. Dengan demikian, anak didk lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akanterlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.[4]

B.  Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam belajar mengajar adalah suatau kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang guurlah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guur sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks.
Anak didk cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan  anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guur bersimpang siur, tidak ada focus masalahnya. Jika guur tidak memiliki kemampuan untuk  menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika mneghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah itetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Sebagai alat bantu media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.[5]

C.  Media Sebagai Sumber Belajar serta Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
1.    Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai tersebut diambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya dapat kita jumpai di mana pun, seperti di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winaputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/ perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Maka dari itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. 
Pada masa dulu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar sehingga pembelajaran masih terkesan tradisional. Di mana penyebaran perangkat teknologi masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Akan tetapi di masa kini wabah teknologi sudah menyebar tidak terkendali sehingga perannya pun masuk dalam dunia pendidikan. Pada sekolah-sekolah di masa kini, terutama sekolah-sekolah yang berada di kota-kota, teknologi dengan berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Sehingga media yang berupa teknologi tersebut tidak hanya sebagai alat bantu akan tetapi juga sebagai sumber belajar[6].
2.    Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh pskologis terhadap siswa[7]. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajika data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris[8].
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar karena gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain media dapat juga berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

D.      Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri  dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnay, dan dari bahan serta cra pembuatannya.

1.    Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam :
a.    Media audiitf
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cock untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b.    Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula yang menampilkan gamabar atau symbol yang bergerak seperti film bisu.
c.       Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suar dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi algi ke dalam:
-       Audiovisual diam
-       Audiovisual gerak
Pemabgian lain dari media ini adalah
-        Audiovisual murni
-        Audiovisual tidak murni
2.    Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a.    Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televise
b.    Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruuang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup  dan gelap.
c.    Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaanya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui computer.
3.      Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
a.    Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b.    Media komplek
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.

Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan mempertimbangkan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran.. karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.[9]

E.       Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Drs. Sudirman N. Mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya kedalam tiga kategori, sebagai berikut:
1)   Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, atau sekedar hiburan saja. Apakah untuk sasaran SD, SMP, SMU, tuna rungu, masyarakat kota ataukah pedesaan.
2)    Karakteristik Media Pengajaran
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Selain itu juga memberikan kemungkinan  pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi.  Dan jika seorang guru kurang memahami karakteristik tersebut, maka guru akan dihadapkan pada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3)   Alternatif Pilihan
Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat bebrapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan media apa adanya.
          Sedangkan prinsip-prinsip yang digunakan untuk menggunakan media agar dapat mencapai hasil yang baik menurut Dr. Nana Sudjana, yaitu:
a)    Menentukan jenis media dengan tepat. Maksudnya yaitu, sebaiknya seorang guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
b)   Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat. Maksudnya yaitu, perlu diperhatikan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan / kemampuan anak didik.
c)    Menyajikan media dengan tepat. Maksudnya yaitu, teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
d)   Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Maksudnya yaitu, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Karena tidak setiap saat memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran.


F.       Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media
Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, di samping memenuhi prinsip-prinsip pemilihan, juga terdapat beberapa factor dan kriteria yang perlu diperhatikan sebagaimana diuraiikan berikut ini.
1.    Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran
a.    Obyekktifitas
b.    Program pengajaran
c.    Sasaran program
d.   Situasi dan kondisi
e.    Kualitas teknik
f.     Keefektifan dan efisiensi penggunaan
2.    Kriteria pemilihan media pengajaran
Menurut  nana sudjana dan ahmad rivai, dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.    Ketepatannya dengantujuan pengajaran
b.    Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
c.    Kemudahan memperoleh media
d.   Keterampilan guru dalam menggunakannya
e.    Tersedia waktu untuk menggunakannya
f.     Sesuai dengan taraf berpikikir siswa.[10]

G.      Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber Belajar
Kegagalan seorang guru dalam mengembangkan media pengajaran akan terjadi jika penguasaan terhadap karakteristik media itu sendiri sangat kurang. Apabila penggunaan media pengajaran ditujukan dengan maksud untuk mengulur-ulur waktu atau hanya untuk memperknalkan kekeyaan sekolah, maka tujuan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Maka dari itu, pemanfaatan media hanya diharuskan dengan maksud untuk mencapai tujuan pengajaran.
Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, yaitu:
1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2.  Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti media merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
3.  Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dai isi palajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat pada bahan pelajaran.
4.  Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5.  Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

 IV.            KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, yaitu: media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media juga sangat berperan sebagai alat bantu,dan media juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar, mengingat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada beberapa macam-macam media. Jika dilihat dari jenisnya yaitu: media auditif, media visual, dan media audiovisual. Jika dilihat dari liputannya yaitu media dengan daya liput luas dan serentak,  terbatas oleh ruang dan tempat, dan media untuk pengajaran individual. Dan jika dilihat dari bahanpembuatanya yaitu: media sederhana dan media kompleks. Terdapat tiga prinsip pemilihan  dan penggunaan media yaitu: tujuan pemilihan, karakteristik media pengajaran, dan alternatif pilihan. Dasar pertimbangan pemilihan dan penggunaan media meliputi dua dasar yaitu: faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pengajaran (objektivitas, program pengajaran, sasaran program, situasi dan kondisi, kualitas teknik dan keefektifan). 

    V.            PENUTUP
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudulkan “Penggunaan Media Sumber Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar” untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar, jika ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf, dan mengharap kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita.




[1] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.2.
[2] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 2003), hlm. 3.
[3] Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009),  hlm. 102.
[4] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 136 .
[5] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),  hlm. 138.
[6] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) , hlm.123.
[7]  Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.15.
[8]  Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, hlm.16.

[9] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 140-142.
[10] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),  hlm.150-151.