"Marilah kawan mari kita kabarkan
Di tangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kawan mari kita nyanyikan
sebuah lagu tentang pembebasan"
Sebuah lagu jalanan dari mahasiswa dengan
tegas menjelaskan peran mahasiswa sebagai penentu arah bangsa kedepan dan
pembebas rakyat dari segala penindasan penguasa. Sudahkah peran itu kita sadari?
Wacana tentang mahasiswa dan peranannya
tak akan pernah surut dan memudar, terutama soal gerakan mahasiswa dan tanggung
jawab sosial yang diembannya. Bisa dikatakan gerakan mahasiswa tak akan pernah
absen dalam menyikapi kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat. Mahasiswa
dituntut agar merespon masalah-masalah sosial politik yang berlangsung di
negeri ini. terutama melawan praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan sosial,
pembodohan, pelanggaran HAM, dan segala bentuk penindasan terhadap rakyat. Kehadiran
gerakan mahasiswa sangat dibutuhkan sebagai penyalur aspirasi rakyat dan
kontrol sosial sebagai upaya membangun kasadaran politik rakyat dan
pendampingan terhadap rakyat saat berhadapan dengan kelaliman penguasa.
Pada dasarnya gerakan mahasiswa
merupakan upaya memperkuat posisi tawar rakyat atas kebijakan-kebijakan
pemerintah yang mengenyampingkan kepentingan rakyat. Karena dalam pendampingan
terhadap rakyat mahasiswa lebih bisa diandalkan dari pada lembaga legislatif
maupun partai politik yang di setiap agendanya cenderung bermuara pada
kepentingan pribadi ataupun golongan semata. Dalam memainkan peran demikian
itu, mahasiswa lebih banyak berangkat dari panggilan nurani dan kepedulian
terhadap bangsa yang dicintainya. Oleh karena itu mahasiswa dituntut menjadi
garda terdepan perubahan serta dapat berbuat banyak demi kemajuan kualitas
bangsanya.
Maka akan menjadi ironi tersendiri
saat mahasiswa tak berbuat apa-apa demi bangsanya. Mahasiswa yang lebih di
sibukkan dalam dunia perkuliahan tanpa harus peduli pada tanggung jawab sosial
yang diamanatkan padanya akan menjadi keperihatinan. Maka akan lebih tepat jika
mahasiswa yang tidak menunjukkan minat dalam dunia sosial disebut anak yang
bertempat di perguruan tinggi dan bukan mahasiswa. Karena sejarah mencatat
perubahan sosial, pembebasan rakyat dari penguasa tiran cenderung dipelopori
oleh gerakan mahasiswa.
Sejarah telah mencatat peranan yang
amat besar dari mahasiswa dalam menggulingkan rezim penguasa penindas rakyat. Sebut
saja kasus penggulingan yang pernah dilakukan mahasiswa didunia antara lain
seperti; Rezim Perez Jimenez di Venezela tahun 1958, Soekarno di Indonesia
tahun 1966, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979 dan juga Soeharto di Indonesia
tahun 1998. Meski dengan demikian mahasiswa harus berani membayar mahal sebuah arti
perjuangan. Mempertaruhkan nyawa, baku hantam dengan aparat keamanan,
diasingkan menjadi hal wajar demi harapan menciptakan Indonesia sejahtera.
Mahasiswa Dan Anarkisme
Meskipun demikian terkadang patut
disayangkan saat peran dari pergerakan mahasiswa di pandang sebelah mata dan
direduksi menjadi sebuah gerakan anarkisme. fenomena Anarkisme mahasiswa yang
belakangan terjadi bukanlah representasi dari gerakan mahasiswa seutuhnya
karena masih begitu banyak aksi mahasiswa yang mengedapankan ketertiban dan
kedamaian. Berdasar survey kepolisian gerakan mahasiswa yang berujung pada
anarkisme hanya sekitar 5% dari keseluruhan.
Media juga turut andil dan bertanggung jawab dalam
pembentukan opini anarkisme gerakan mahasiswa. Peran media yang hanya bersedia
mengekspos aksi mahasiswa yang berujung rusuh juga menjadi kendala tersendiri
bagi mahasiswa. Dalam dunia media dikenal istilah bad news is good news
berita yang berbicara mengenai kerusuhan, anarkisme, bencana adalah hal yang
menarik karena dianggap mampu mengundang minat pembaca. sehingga inti
perjuangan mahasiswa sulit tersampaikan dengan baik kepada masyarakat dan terlebih
anarkisme seolah diidentikkan kepada gerakan mahasiswa. Meskipun demikian di
sisi lain tidak bisa dipungkiri peran media begitu besar dalam menyampaikan
aspirasi rakyat melalui mahasiswa terhadap penguasa.
Jika berkaca pada
gerakan mahasiswa 98 akan ada perbedaan mendasar dalam penamaan gerakan
mahasiswa ketika bersinggungan ataupun bentrok dengan aparat keamanan. Jika
saat itu rakyat seakan mafhum dengan perjuangan mahasiswa dan menyebutnya
sebagai revolusi yang bakal membawa Indonesia dalam kesejahteraan namun
pandangan masyarakat sekarang sungguh berbeda. Aksi mahasiswa yang kebetulan bersinggungan
dengan aparat keamanan seakan tidak mendapat tempat dihati masyarakat. Sudut
pandang apatis yang sekarang menjangkiti masyarakat sudah saatnya di ubah oleh
mahasiswa dengan membangun kesadaran politik masyarakat.
Sehingga dengan harapan diatas mahasiswa perlu mempunyai
strategi sebagai upaya bagian dari perjuangan membebaskan rakyat dari
ketertindasan. Karena adigium pembakar semangat seperti maju mundurnya suatu
bangsa berada ditangan mahasiswa atau pemuda harapan bangsa tidaklah
cukup dalam membedah persoalan yang dirasakan rakyat. Maka mahasiswa memerlukan
diskusi dan aksi.
Diskusi
dan Aksi
Diskusi dan aksi menjadi makanan mahasiswa
setiap hari. Mahasiswa wajib menciptakan iklim ilmiah di kampus dengan adanya
diskusi di pojok-pojok kampus, taman, kantin hingga tempat kos dan harus
menjadi kebiasaan mahasiswa. Dengan menjaga iklim intelektual mahasiswa belajar
mengasah nalar kritis dan peka terhadap realitas sosial yang ada. Dan dengan
menjaga ide dan pemikiran gerakan mahasiswa akan selalu hidup.
Acara seperti LKTI, seminar,
talkshow harus tetap dijaga keberadaanya bukan hanya sekedar sebagai acara formalitas
namun tema yang diangkat harus berdasar dari keadaan yang benar-benar terjadi
dalam masyarakat. Diharapkan dengan hal tersebut mahasiswa tidak sekedar sibuk
mengerjakan tugas-tuganya dan menjadi intelektual tukang namun
diharapkan mampu menjadi intelektual muda yang benar-benar peduli akan
kehidupan bangsanya.
Jika saat ini nuansa diskusi
mengalami kemunduran di kampus digerus nalan-nalar pragmatis dan hedonis maka
sudah menjadi kewajiban mahasiswa yang masih sadar untuk membangkitkan kembali semangat
kawan-kawannya untuk belajar dan berdiskusi. Karena mahasiswa dapat membangun
nalar kritisnya terhadap pemerintah melalui forum diskusi tanpa harus takut
dihadang aparat keamanan. Ini pula dapat ditindak lanjuti dengan selebaran
kertas yang bisa ditempel di dinding-dinding kampus, di kirim ke media massa
maupun dapat di himpun dalam bentuk buku sebagai bentuk kepedulian mahasiswa
terhadap rakyat.
Demonstrasi atau aksi juga tidak
kalah penting dengan diskusi. Demonstrasi merupakan kelanjutan dari diskusi dan
merupakan perjuangan paling nyata dari kritik mahasiswa. Aksi dapat dilakukan
dengan turun kejalan, mogok makan, aksi bungkam. Dan aksi inilah yang terbukti mampu
menggulingkan pemerintahan yang tidak pro rakyat di berbagai belahan dunia.
Aksi demonstrasi bukanlah sekedar aksi anarkis tanpa dasar dan tujuan. Sebelum
aksi pasti ada diskusi terkait isu yang diangkat. Ada kebijakan apa? mengapa
harus aksi? Tujuan dan targetnya apa? Dan proses seperti ini sudah tidak asing
lagi bagi mahasiswa yang kenal betul akan dunia aksi. Sayangnya terkadang
pemberitaan media hanya fokus pada demo yang anarkis sehingga berimbas pada
ketidakpercayaan publik terhadap mahasiswa.
Akhirnya pada tulisan ini sudah
tidak penting lagi kita mengurusi mahasiswa yang hanya peduli pada
nilai-nilainya tanpa peduli akan tanggung jawab sosialnya apalagi mahasiswa
yang hanya dapat menghabiskan uang orang tuanya tanpa peduli perjuangan dari
orang tuanya memperoleh sesuap nasi. Gerakan mahasiswa tidak butuh mereka yang
pragmatis dan apatis tetapi mereka yang mempunyai nurani dan tanggung jawab
demi mewujudkan bangsa yang gemah ripah loh jinawi tata tenterem kerta
raharja.
Sehingga siapa lagi yang mau dengan
tulus menyuarakan aspirasi rakyat? Melakukan pendampingan terhadap rakyat yang
tertindas? Menolak kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat? Mengontrol
kesewenang-wenangan pemerintah? Hingga rela mengorbankan nyawa dan baku hantam
dengan aparat keamanan? Bukan Dewan perwakilan rakyat bukan pula partai politik
tetapi mahasiswa.
Hidup
Mahasiswa!!! Tangan Terkepal Dan Maju Ke Muka.
No comments:
Post a Comment