SELAMAT DATANG DI BLOG ABDUL HALIM SOLKAN

Semoga segala yang penulis atau blogger tampilkan dapat bermanfaat!

Tuesday 28 December 2010

Sekolah Alam; Jembatan Pendidikan


Memberi Kebebasan dalam belajar dengan berinteraksi langsung dengan alam, merupakan karakteristik metode pembelajaran dalam sekolah alam. Keberadaaan sekolah alam, juga menunjukkan model pendidikan yang peduli pada lingkungan sekitar.
Permasalahan lingkungan memang bukan hal yang bisa dipandang sebelah mata. Siswa SD kelas tiga, bahkan telah mengetahui secara detail permasalahan yang ada. Mereka juga berpandapat bahwa masalah ini seharusnya ditangani secara serius dan mendalam. Akan tetapi, untuk menangani hal itu tidaklah semudah membalikkan telapak tanngan. “Permasalahan lingkungan tersebut seperti lingkaran setan”, ungkap Nana Kariada Tri Martuti, seorang pakar lingkungan yang juga dosen biologi Unnes. Dia menegaskan bahwa ketika kita mempertahankan lingkungan hijau yang ada, kita juga membutuhkan perumahan karena kepadatan penduduk. Kemudian, untuk meningkatkan taraf ekonomi, wilayah – wilayah hijau tersebut di ubah menjadi proyek – proyek yang mendatangkan banyak pendapatan.
Hal inilah yang terjadi pada kota semarang kini. Daerah – daerah hijau sudah mulai terkikis. Di daerah mijen yang dulu penuh dengan hutan karet, kini telah dijadikan bisnis property, lapangan golf, perumahan dan bisnis semacam itu lainnya. Padahal hutan karet itu berfungsi sebagai daerah penyerapan air. Dengan rusaknya wilayah tersebut, akhirnya terjadilah banjir bandang yang seperti kemarin terjadi di Mangkang. Dari sini, kita kembalikan pada lingkungan itu sendiri, dimana lingkungan bukanlah hanya tanaman, bumi dan hewan. Namun, manusia juga termasuk salah satu unsur dalam lingkungan. Ini,menunjukkan harus adanya hubungan timbal balik antara manusia dan alam agar tercipta harmonisasi manusia dan alam. Ketika itu tidak tercipta, maka akan terjadi kerusakan pada keduanya.
Manusia yang merupakan unsur lingkungan, tentunya membutuhkan pendidikan yang tepat agar mengerti akan tugas dan fungsinya. (Tulisan Hakim)
(Tulisan Busro sebagai Angel)
Harmonisasi Manusia dan Alam
Hubungan timbal balik antara manusia dan alam merupakan lingkungan dalam bentuk culture. Dari sini bisa dipastikan bahwa kerusakan alam yang ada, erat kaitannya dengan ulah tangan manusia. Ini semua disebabkan karena tidak ada keharmonisan antara manusia dengan alam. “Manusia tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh alam”, ungkap Mia Inayati, Direktur sekolah alam Ar-Ridho.
Konsep harmonisasi manusia dan alam memang sulit untuk diwujudkan. Akan tetapi, ini ditampik oleh konsep pendidikan yang ada pada sekolah alam. Dimana, di sekolah alam siswa selalu berinteraksi dengan alam dalam segala aktifitasnya. Sehingga, ini menimbulkan kedekatan emosional tersendiri antara manusia dengan alam. Hal senada juga diucapkan Mia , “untuk membuat siswa bisa menyatu dengan alam, siswa dilatih berkebun”.
Mia juga menjelaskan bahwa dengan berkebun, siswa akan peka terhadap Lingkungan, khususnya dengan tanaman. Ini karena media pembelajaran yang digunakan adalah tanaman. Tanaman merupakan mahluk hayati yang tidak bisa bicara, ketika ia di injak, diduduki, dan dipotong, ia akan diam saja. Disini siswa akan belajar merasakan apa yang dirasakan mahluk Tuhan lainnya.
Pelajaran kebun merupakan cara sederhana untuk melatih kepekaan manusia terhadap mahluk Tuhan. Metode ini ternyata tidak hanya ada di Sekolah Alam Ar-Ridho, tetapi juga ada di sekolah alam Ungaran (SAUNG). Ini diketahui dari Dahlan Murdani ketua Yayasan SAUNG yang menyatakan bahwa supaya anak peduli dengan alam, anak harus didekatkan dengannya melalui cara berkebun. “ Ini adalah cara sederhana, tapi mempunyai pengaruh yang besar untuk pembiasaan anak pada Lingkungan”, tambah Dahlan.
Jembatan Pendidikan
Ada beberapa faktor yang membuat sekolah alam menjadi jembatan pendidikan. Pertama, Proses pembelajaran di sekolah alam yang lebih menekankan pada metode praktik secara bebas. Dimana metode ini tidak ditemukan di pendidikan formal pada umumnya.
Pada sekolah alam pembelajaran dilakukan dengan penyampaian teori sebesar 25% dan praktik sebesar 75%, itulah yang diungkapkan oleh Dahlan Murdani. Sedangkan pendidikan formal pada umumnya teori diberikan 80% dan praktik hanya 20%. Inilah yang dimaksud oleh Bahrudin, seorang pakar pendidikan tentang pendidikan yang ada saat ini masih tertatih – tatih untuk bisa keluar dari jeratan kolonial Belanda.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pendidikan formal yang ada kini berideologikan konservatisme, yaitu pendidikan yang sistemnya sulit keluar dari tradisi yang telah ada. Berbeda dengan pendidikan yang ada di sekolah alam, dimana tujuannya adalah mencerdaskan manusia. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Dahlan Murdani bahwa Sekolah yang bagus adalah sekolah yang menerima murid dengan tingkatan intelektual yang berbeda, tapi keluar dengan intelektual yang rata – rata hampir sama. “Jikalau sekolah menerima siswa dengan seleksi yang ketat untuk mendapatkan siswa terbaik, itu menunjukkan bukan sekolahnya yang baik, tapi siswanya memang sudah baik”, ungkapnya mempertegas. Kebebasan berkreatifitas yang ada di sekolah alam itulah yang memicu tingkat kepedulian pada lingkungan lebih tinggi.
Kedua, mengingat perkataan Karl Marx bahwa selama masyarakat masih terbagi atas kelas – kelas (Tingkatan sosial), maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan. Maka, dengan tiadanya peraturan memakai pakaian seragam menunjukkan bahwa di sekolah alam itu tidak ada pembagian kelas. ’’Tidak diadakannya pemakaian seragam, supaya tidak ada rasa beda membedakan antar anak“, jelas ketua yayasan SAUNG. Mengutip perkataan Darmaningtyas dalam buku Kapitalisme Pendidikan karya Francis Wahono bahwa siswa sekolah lebih baik tidak memakai seragam, karena seragam itu hanya menutupi jati diri mereka sebenarnya. Sedangkan, dengan memakai pakaian bebas mereka akan berteman dengan mengetahui jati diri masing – masing. Dari itu juga menunjukkan bahwa semua manusia itu sama yaitu Khalifatu fil ardhi .
Ketika siswa bisa bergaul dengan baik tanpa membedakan status sosial, mereka akan dapat mejalankan tugasnya dengan baik sebagai pemakmur bumi. “Itu sesuai dengan konsep Islam, dimana manusia adalah khalifah dan hamba Allah yang tugasnya memakmurkan bumi“, papar Dahlan Murdani. Apabila semua ini tercapai, maka akan terminimalisirlah kerusakan lingkungan.
Faktor – faktor di atas menunjukkan, meskipun sekolah alam berada dibawah naungan dinas, ia bisa menjalankan proses pembelajaran yang berbeda dari pendidikan formal pada umumnya. Konsep pendidikan sekolah alam mengembalikan pendidikan pada hakikat dan tujuan awalnya, yaitu memanusiakan manusia dan mendewasakan manusia.

No comments:

Post a Comment