I.
PENDAHULUAN
Filsafat berasal
dari bahasa Yunani, philosophia, philo
berarti cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin dan karena itu lalu berusaha
mencapai yang diinginkan itu; Sophia
artinya kebijakan dalam arti pandai, pengertian yang mendalam, cinta pada
kebijakan. [1]
Filsafat
melahirkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah sikap terhadap dunia bahwa
dirinya dan dunia ini adalah ciptaan Yang Maha Kuasa. Kesadaran ini membawa
filosof naik ke wilayah kesadaran yang lebih tinggi, tidak hanya kesadaran
material atau semu. Dengan kebijaksanaan ini, para filosof menjadi yang paling
mengerti dan tahu akan hakikat hidup dan kehidupan.
Bahkan
dimensi-dimensi kehidupan manusia banyak yang ditentukan atau paling tidak
dipengaruhi oleh pemikiran filsafat. Bagaimanakah kemudian filsafat sedemikian
berpengaruh terhadap hidup ini? Bagaimana filsafat memasuki wilayah kehidupan
ini?
II.
RUMUSAN
MASALAH
Penulis susun
rumusan masalah akan kita kaji dalam resume ini, yaitu:
A. Pengertian
dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
B. Hakikat
Manusia, Masyarakat, Alam, dan Ilmu Pengetahuan
C. Hakikat
Pendidikan
D. Hakikat
Pendidik
E. Hakikat
Peserta Didik
F. Hakikat
Kurikulum
G. Metode
Pendidikan Islam
H. Evaluasi
Pendidikan
I. Konsep
Pendidikan menurut Al-Ghozali dan Ibnu Khaldun
J. Kurikulum
2013
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup
Filsafat Pendidikan Islam
Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan
spesial, namun suatu cara hidup yang kongkret, pandangan hidup yang total
tentang manusia dan alam semesta. Istilah filsafat berasal dari dua suku kata
dalam bahasa Yunani kuno, yaituphile atau philos yang
berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang
berarti kebijaksanaan. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia.
Dengan demikian, berdasarkan asal usul philosophia (filsafat)
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sifat seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh
dengan segala hubungan, yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan
filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses
pendidikan. Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat, yaitu
permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya. Adapun secara
mikro meliputi:
a.
Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the
nature of education)
b.
Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan
objek pendidikan (the nature of man).
c.
Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat,
filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
d.
Merumuskan secara hubungan antara filsafat, filsafat
pendidikan, teori dan pendidikan.
e.
Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi),
filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan)
f.
Merumuskan sistem sistem nilai-norma atau isi moral
pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
B. Hakikat Manusia, Masyarakat, Alam,
dan Ilmu Pengetahuan
Jika kita mendengar kata filsafat maka konotasi
kita akan segera pada sesuatu yang besifat prinsip yang juga sering dikaitkan
pada pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai dasar. Manusia berarti makhluk
yang berakal budi dan mampu menguasai makhluk lain. Makhluk yaitu sesuatu
yang diciptakan oleh Tuhan. Individu mengandung arti seorang, pribadi,
organisme yang hidupnya berdiri sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas,
tidak mempunyai hubungan organik dengan sesama. Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga
sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Hakikat manusia
menurut al-Qur’an ialah bahwa manusia itu terdiri dari unsur jasmani, unsur
akal, dan unsur ruhani. Ketiga unsur tersebut sama pentingnya untuk di
kembangkan. Sehingga konsekuensinya pendidikan harus di desain untuk
mengembangkan jasmani, akal, dan ruhani manusia.
Sebagaimana pendapat soerjono
soekanto, ada 4 unsur yang tepat dalam masyarakat, yaitu:
i. Adanya manusia
yang hidup bersama
ii. Mereka
bercampur untuk waktu yang cukup lama, yang menimbulkan system komunikasi dan
tatacara pergaulan lainnya.
iii. Memiliki kesadaran sebagai satu kesatuan.
iv. Merupakan system kehidupan bersama yang menimbulkan kebudayaan.
Alam
dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم
) yang seakar dengan ’ilmu (علم, pengetahuan) dan
alamat (مة علا, pertanda). Ketiga
istilah tersebut mempunyai korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan
identitas yang penuh hikmah. Dengan memahami alam, seseorang akan memperoleh
pengetahuan. Dengan pengetahuan itu,
orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan.
C. Hakikat Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang
sangat vital dalam kehidupan manusia, tanpa pendidikan peradapan manusia tidak
akan berkembang. Pendidikan dianggap penting untuk mempermudah proses pemenuhan
kebutuhan dalam perkembangan zaman yang sangat pesat. Secara
etimologis pengertian pendidikan dijelaskan oleh
berbagai bangsa di dunia dengan istilah yang berbeda-beda. Menurut bangsa
Yunani, pendidikan adalah ‘pedagogik’ yaitu ilmu menuntun anak. Bangsa Romawi
memandang pendidikan adalah educare yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan
merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman
melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Secara Terminologis disampaikan oleh beberapa pakar. Menurut Ki Hajar
Dewantara (dalam Rohimin, dkk, 2011: 4), pendidikan merupakan usaha memajukann
budi pekerti, pikiran dan fisik supaya tercipta kesempurnaan hidup dan hidup
anak menjadi selaras dengan alam dan masyarakat.
“Pendidikan merupakan ‘transfer of
knowledge, transfer of value, transfer of of culture, and transfer of religius’
yang semua diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia” (Rohimin, dkk,
2011: 8). Hakikat pendidikan yaitu usaha untuk mengubah perilaku tiap anggota
masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama,
filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Menurut Paula Freire (dalam Rohimin, dkk, 2011: 8), “hakikat pendidikan
adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri”. Dalam konteks ajaran agama
Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan fitrah manusia dengan tuntunan
Al-Quran dan hadist.
D. Hakikat Pendidik
Dalam konteks pendidikan Islam pendidik disebut dengan Murabbi,
mu’allim dan muaddib, baik yang bersifat jasmani maupun rohani,
sedangkan kata mu’allim pada umumnya dipakai dalam membicarakan
aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian ilmu dari seseorang yang tahu
kepada seorang yang tidak tahu. istilah Muaddib lebih luas dari Muallim
dan lebih releven dengan konsep pendidikan Islam.
Hakekat pendidik menurut Al-Ghazali mengemukakan
sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai berikut: Guru adalah orang tua kedua didepan murid, pewaris ilmu Nabi, petunjuk jalan
dan bimbingan keagamaan murid,
sentral figure bagi murid, motivator bagi murid, seorang yang
memahami tingkat intelektual murid, teladan bagi murid.
Menurut Abdul Rahman An-Nahlawi seperti yang dikutip oleh
Ramayulis menyebutkan tugas pendidik adalah: pertama, fungsi penyucian yakni
sebagai pembersih, pemelihara dan pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi
pengajaran yakni menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia. Dalam pendidikan Islam, seorang
pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang
lain. Dalam hal ini An-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada
beberapa bentuk, diantaranya yaitu:
1. Bersifat ikhlas: melaksanakan
tugasnya sebagaipendidik semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan
menegakkan kebenaran.
2. Mempunyai watak dan sifat
rubbaniyah.
3. Bersifat sabar dalam mengajar.
4. Jujur dalam menyampaikan apa yang
diketahuinya.
5. Mampu menggunakan metode mengajar
yang bervariasi.
6. Mampu mengelola kelas dan mengetahui
psikis anak didik, tegas dan proposional.
E. Hakikat Peserta Didik
Hakikat Peserta
didik adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk
mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses kegiatan
belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan
tertentu. Peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan obyek utama (central
object), yang kepadanya lah segala yang berhubungan dengan aktivitas
pendidikan dirujukkan. Sedangkan Menurut UU no.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kepribadian
Peserta didik dijelaskan oleh Abuddin Nata mengutip pendapat thasyi kubra
zaedah mengatakan bahwa seorang peserta didik tidak diperbolehkan menilai
rendah atau menganggap tidak penting terhadapo ilmu pengetahuan yang ia tidak
kuasai ataupun tidak disenangi. Kepribadian Peserta Didik yang paling penting
menurut Athiyah al-Abrasyi yaitu; pertama, tekun dan bersungguh, kedua saling
menyayangi sesame, ketiga giat dan tidak pernah bosan. Selain itu jaga hati
senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Etika Peserta
Didik menurut Ahmad Tafsir mengutip Sa’id Hawwa, yaitu;Mendahulukan kesucian
jiwa, mengurangi keterkaitan dengan kesibukan duniawi, tidak sombong dan
sewenang-wenang, menjaga diri pada perbedaan pendapat/khilafiyah antar mazhab,
mengutamakn ilmu yang terpenting baginya, tidak menekuni banyak ilmu
sekaligus/berurutan, tidak peajari ilmu lain sebelum tuntas ilmu yang sedang
dipelajari, mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia/utama.
Kebutuhan
Peserta didik anatar lain; Fisik, sosial, mendapat status, mandiri,
berprestasi, ingin disayangi dan dicintai, mencurahkan perasaan, memiliki
filsafat hidup. Dimensi Peserta didik yang kiranya harus terpenuhi, Zakiyah
darajat membaginya pada 7 dimensi pokok; Dimensi Fisik, Akal, keberagamaan,
akhlak, rohani, seni, social.
F.
Hakikat
Kurikulum
Secara etimologi
kurikulum
memiliki asal usul katadari “Kurikulum < curese < currerre (jumlah
yang ditempuh)”Dalam
bahasa latin berarti:Berlari cepat, Tergesa-gesa, Menjalani. Pengertian
kurikulum dalam arti luas adalah kegiatan belajar-mengajar yang mencakup di dalam maupun di
luar kelas. Sedangkan Pengertian kurikulum dalam arti sempit yaitu kegiatan belajar-mengajar yang hanya
ada di dalam kelas saja.
Ahmad Tafsir menjabarkan bahwa kurikulum dapat diartikan dua macam: Satu,
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah
atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. Dua sejumlah mata
pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan. Hilda
Taba memberikan 4 aspek dalam kurikulum: Tujuan, isi, pola belajar mengajar,
evaluasi.
Dasar dan
Prinsip Hakikat Kurikulum sebagaimana menurut Penulis pendidikan islam
Al-Syaibani dan Abdul Mujib, menetapkan dasar pokok bagi kurikulum sebagai
berikut: Dasar Religi, Falsafah (Dimensi Ontologis, Epistimologis, aksiologis),
Psikologis, Sosiologis, Organisatoris. Prinsip pengembangan kurikulum sesuai UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 36, yaitu; Mengacu Standar Nasional
Pendidikan untuk wujudkan tujuan pendidikan nasional, prinsip verifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik, sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan perhatikan (IMTAQ, akhlaq,
potensi kecerdasan, keragama potensi daerah dan lingkungan, tuntutan
pembangunan, tuntutan dunia kerja, perkembangan IPTEK, dinamika perkembangan
global dan persatuan nasional serta nilai kebangsaan), berpusat pada (potensi,
perkembangan, kebutuhasn dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya),
Beragam dan terpadu, relevan dengan kebutuhan hidup, menyeluruh dan
berkesinambungan, belajar sepanjang hayat, seimbang (kepentingan
nasional=daerah). Teori-teori Kurikulum yaitu; Berorientasi struktur,
menghargai, isi, proses.
G. Metode Pendidikan Islam
Hakikat
dasar dan prinsip metode pendidikan Islam, Metode berasal dari dua perkataan
yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi
metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan-tujuan. Sementara
itu , pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab
untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah
proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya untuk mwujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai
Khalifah Allah swt., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk
lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan
Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam
adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan
Islam. Hal ini tidak bias terlepas dari dasar agama, biologis, psikologis, dan
sosiologis.
Macam,
Tugas dan Metode Pendidikan, Macam Metode; Kisah, dialog, amtsal, teladan,
pembiasaan, targhib dan tarhib. Tugas Metode Pendidikan adalah mengadakan
aplikasi prinsipprinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar
hubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan
pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi
yang diberikan serta meningkatkan keterampilan olah piker.
Fungsi
dan Prosedur Metode Pendidikan, Fungsinya untuk mengarahkan keberhasila
belajar, pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan. Dengan demikian jelaslah bahwa metode amat
berfungsi bagi penyampaian pendidikan.
H. Evaluasi Pendidikan
Pengertian
Evaluasi, Evaluasi mempunyai banyak istilah, berasal dari bahasa inggris
“evaluation” = penilaian/penaksiran (John M Ecols&Hasan Shadily), “to
evaluate” menilai. Berate mengevaluasi artinya memberikan penilaian dengan
menguji baik dari tes/nontes. Allah pun juga menguji hambanya yang beriman
termasuk para nabi. Setelah dilakukan uji, amaka ada 2 kemungkinan: Lulus dan
Tidak Lulus. Dan setelah itu ada namanya reward (apresiasi/hadiah), atau
punishment (hukuman).
Prinsip-prinsip
Evaluasi Pendidikan, Prinsip Umum, yaitu; Objectif dan adil, kontinuitas,
komprehensif (menyeluruh), praktis, bermakna dan ikhlas, valid, dicatat dan
akurat. Prinsip Khusus, yaitu; Jenis penilaian yang digunakan kesempatan
terbaik dan maksimal, melakukan prosedur secara tepat.
Fungsi dan
Tujuan Evaluasi Pendidikan, Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu : input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai
kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala
unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media
dan bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Evaluasi
pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ; Fungsi selektif, Fungsi diagnostic, Fungsi
penempatan, Fungsi keberhasilan. Menurut Kunandar, Penilaian kelas memiliki
fungsi, yaitu: Mengukur kompetensi dan kepuasan murid, mengevaluasi hasil
belajart murid, menentukan kesulitan belajar, membantu guru membuat
pertimbangan administrasiatau akademis. Setelah fungsi penilaian, kita akan
memahami fungsi evaluasi secara keseluruhan, sbb: Psiokologi, Sosiologis,
didaktis-metodis, kedudukan murid, kesiapan peserta didik, memberikan
bimbingan, administrative.
I.
Konsep
Pendidikan menurut Al-Ghozali dan Ibnu Khaldun
Al-Ghozali
adalah seorang ulama’ besar yang sebagian beser waktunya dihabiskan untuk
memperdalam khazanah keilmuan. Lahir di Khurasan tahun 450 M/1058 H. Konsep
pendidikan Islam menurut Al-Gahzali, tujuan pendidikan adalah proses
internalisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan merupakan sarana utama untuk
menyiarkan ajaran islam, memlihara jiwa, dan qarub Ila Allah. Oleh karena itu
pendidikan merupakan ibadah dan upaya meningkatkan kualitas diri. Tujuan
pendidikan jangka pendek adalah mempersiapkan peserta didik agar siap melaksanakan
tugas mulia dimasa depan. Tujuan jangka panjang, membentuk peserta didik untuk
jadi insan kamildan berakhlak mulia. Pendikan adalah proses interaksi yang
menuntut adanya komunikasi aktif antara guru dan muridnya. Pendidik itu
al-mu’allimin, al-mudaris, al-walid.Peserta didik itu al –ashoby,
al’muta’allim, thalabul ilmu. Kurikulumnya didasarkan dalam raangka mendekatkan
diri pada Allah. Metodenya keteladanan, hafalan, pendidikan fitrah.
Ibnu Khaldun,
Nama lengkapnya Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Abu Bakar…bin Khaldun
Al-Hadlramy At-Tunisy yang mendapat gelar “Waliyuddin”, dari keturunan
Hadlralmaut Yaman. Menurut Ibnu Khaldun Ilmu itu ada
dua macam; pertama ilmu yang menjadi tujuan (ulumun maqsudan bidzatiha)
seperti ilmu-ilmu syariah dan kedua ilmu alat atau pelantara untuk memahami
ilmu pertama. Tujuan pendidikan Islam adalah dapat menanamkan keyakinan
imaniyah di dalam hati/jiwa peserta didik, menginternalisasi nilai-nilai moral yang luhur melalui nilai-nilai agama. Menurut
Ibnu Khaldun ilmu-ilmu yang ada di tengah-tengah masyarakat sumbernya dari dua
jalur: Pertama al-Ulum an-Naqliyah, yaitu ilmu-ilmu yang sumber
pokoknya, yaitu Tuhan dengan melalui wahyu. Kedua al-Ulum al-Aqliyah,
yang diperoleh manusia melalui kemampuan nalarnya dan kekuatan akalnya.
J.
Kurikulum
2013
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Seperti dikatakan oleh Prof. Rupert. C. Lodge, yaitu “in this sence, life is education, and education is life”. Artinya,
seluruh kehidupan memiliki nilai pendidikan karena kehidupan memberikan
pengaruh kepada pendidikan bagi seseorang atau masyarakat. Kurikulum dibangsa
kita terbagi dalam 4 masa, Kurikulum Pra Kemerdekaan, Kurikulum Orde Lama,
Kurikulum Orde Baru, dan Kurikulum Pasca Reformasi.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum
merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan. Kurikulum,
yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan
nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Kurikulum
2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
IV.
PENUTUP
Penulis sangat
menyadari jika dalam makalah sederhana ini masih banyak kekurangan. Karena itu,
penulis membuka diri untuk menerima kritik yang membangun guna tersempurnanya
makalah ini.
No comments:
Post a Comment