Unsur hara esensial untuk tanaman dibedakan antara elemen
makro dan mikro. Makronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, sedang
mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil. Elemen makro lebih
dibutuhkan untuk komponen struktural, sedang elemen mikro lebih mengarah untuk
komponen fungsional. Sebagai contoh makronutrien N dalam jaringan dapat
mencapai 1000 kali lipat lebih besar daripada Zn. Makronutrien tersebut : C H O
N S P K Ca Mg ( Na Si ) sedang mikronutrien : Fe Mn Cu Zn Mo B Cl. Namun
adakalanya keberadaan mikronutrien hampir menyamai makronutrien dalam jaringan
misal Fe atau Mn di dalam jaringan sangat tinggi hampir menyamai S atau Mg,
bahkan pada kondisi tertentu dijumpai konsentrasi yang tinggi terhadap
elemen-elemen non essensiil yang di antaranya bersifat toksik (Al, Ni, Se, F).
Defisiensi Fosfor
Tumbuhan membutuhkan fosfor pada semua tahap dalam
perkembangannya. Kebutuhan fosfor paling besar adalah pada saat pembentukan
biji dan perkembangan awal. Jika ketersediaan fosfor terbatas, fosfor akan
ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada tumbuhan, seperti
daun, akar, dan titik-titik tumbuh lain. Tumbuhan yang kekurangan fosfor
memiliki akar yang lemah dan memiliki daun yang berukuran kecil, gelap, dan
berwarna abu-hijau. Daun tua yang berada di dasar tangkai berwarna kuning
terang. Daun yang berada tepat diatas daun tua tersebut berwarna hijau tua.
Urat daun berwarna cokelat pada daun dewasa.
Defisiensi Kalsium
Daun termuda pada tumbuhan yang kekurangan kalsium menggulung
ke bawah dan pinggiran dau kering.Kalsium penting dalam fungsi membran dan
kekuatan dinding sel. Kekurangan kalsium sebagian besar disebabkan oleh
salinitas tanah, suplai potasium atau amonium yang tinggi, dan penyakit pada
akar. Kalsium biasanya disimpan pada daun tua.
Gejala defisiensi ditemukan pada daun muda dan pada
titik-titik tumbuh yang memiliki tingkat transpirasi yang rendah. Daun terlihat
kering dan cokelat. Daun muda menggulung ke bawah dan pinggiran daun muda kering
dan cokelat. Daun dewasa dan daun tua tidak memperlihatkan gejala defisiensi.
Pada defisiensi lanjut, pembentukan bunga terhambat dan titi-titik tubuh mati.
Buah yang dihasilkan lebih kecil dan tidak berasa.
Defisiensi Magnesium
Magnesium merupakan pembangun klorofil. Defisiensi magensium
dapat disebabkan oleh pemupukan potasium yang sangat berlebih. Gejala
kekurangan magnesium muncul pada musim dingin atau ketika tanah snagat basah
dimana akar kurang aktif. Kekurangan magnesium menyebabkan daun tua menguning.
Jika defisiensi berkelanjutan, daun yang berwarna kuning akan menjadi kuning
kecoklatan . Produksi buah pada tanaman yang kekurangan magnesium berkurang.
Defisiensi Besi
Besi dibutuhkan untuk produksi klorofil dan mengaktivasi
beberapa enzim, terutama enzim yang terlibat dalam fotosintesis dan respirasi.
Kekurangan besi dapat disebabkan oleh drainase yang kurang atau tingginya
konsentrasi ion-ion metal dalam tanah. Ketersediaan besi menurun pada pH diatas
7. Selain itu, toksisitas mangan dapat menyebabakan defisiensi besi. Defisiensi
besi menyebabkan klorosis hijau pucat pada daun termuda. Jika defisiensi terus
berlanjut, urat daun menjadi pucat dan daun seperti terbakar, terutama jika
daun terdedah ke sinar matahari dengan intensitas kuat.
Defisiensi Sulfur
Sulfur merupakan nutrien non metalik yang dapat diserap dalam
bentuk SO2 oleh bagian tanaman di atas tanah (daun) dan bentuk SO42- oleh akar
tanaman. Sulfur di tanah dalam bentuk organik dan anorganik, pada tanah organik
merupakan recervoir S, misal pada tanah peat kandungan terbesar adalah S. di
dalam tanah organik dibedakan dalam dua fraksi : S yang berikatan dengan karbon
seperti (asam amino jumlahnya kurang dari separoh fraksi), yang kedua ialah
yang tidak berikatan dengan karbon (senyawa fenolik, cholin-sulfat sebagai
lemak). Sulfur diserap tanaman secara aktif dalam bentuk SO42-, pH tidak
terlalu berpengaruh namun serapan tertinggi berlangsung pada pH 6,5. Banyak
senyawa yang mempunyai fungsi penting yang mengandung sulfur misal : asam amino
sistein, metionin, glutation, biotin, coenzim A dan teamin pirofosfat.
Di atmosfer S berada dalam bentuk SO2 yang dapat diabsorbsi
lewat stomata dan didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. S dalam tanaman
dapat dijumpai sebagai S protein, S asam amino dan sulfat. Sebagai bukti bahwa
SO2 atmosfer dapat dimanfaatkan oleh tanaman : beberapa spesies tanaman yang
ditumbuhkan dalam “growth chamber” dan dialirkan SO2 atmosfer sebagi sumber S,
ternyata pertumbuhan tanaman akan berkurang bila tidak ada SO2. Namun SO2
atmosfer juga dapat meracun terutama bagi tanaman yang sensitif. Konsentrasi
SO2 di atmosfer umumnya sekitar 0,1 – 0,2 mg SO2- S/m3, sedang kadar SO2
atmosfer yang dapat meracun mulai 0,5 – 0,7 mg SO2- S/m3. Konsentrasi SO2
atmosfer yang tinggi mengakibatkan gejala nekrotik di daun, sedang pada
defisiensi S pada larutan medium (tanah) akan menghambat sintesis protein
karena kurangnya asam amino metionin dan sistein. Sebaliknya terjadi akumulasi
asam amino non S : asparagin, glutamin, arginin. Defisiensi S menunjukkan
gejala klorosis sehingga berakibat rendahnya gula sebagai hasil fotosintesis.
Defisiensi S dapat diatasi dengan aplikasi pupuk S seperti
gipsum (CaSO4 – 2H2O) untuk tanah yang mengalami defisiensi S sangat tinggi,
pupuk superfosfat, amonium sulfat dan potasium sulfat.
Defisiensi Potassium
Sumber potassium (K) untuk tanaman diperoleh dari pelapukan
batuan mineral (alkali fildspars 4-15% K2O, Muskovit/K-mika 7-11% K2O,
Biotit-Mg mika 6-10% K2O, ellite 4-7% K2O) berada di kisi-kisi mineral. Perlakuan
tanaman dengan level K+ yang rendah diperoleh penurunan : laju pertumbuhan,
besarnya sel, kandungan air dalam jaringan. Dari perlakuan ini disimpulkan
bahwa jaringan muda sangat memerlukan K+ untuk memelihara turgor sel yang pada
gilirannya untuk pembesaran sel, pada jaringan muda turtgor sel sangat sensitif
terhadap status K+, K+ juga berkaitan dengan asimilasi CO2, fosforilasi dan
sintesis protein.
Pendapat lain menyebutkan bahwa K+ sinergistik
dengan asam gibberelin, kecepatan perpanjangan yang tinggi dijumpai pada
aplikasi K+ dan asam gibberelin. Kehilangan air lebih rendah pada tanaman yang
diberi K+ karena berpengaruh pada penurunan transpirasi yang tidak hanya
tergantung pada potensi air pada sel mesofil, tetapi juga dikontrol oleh
besarnya tingkat membukanya stomata.
Defisiensi K tidak menunjukkan gejala yang jelas, awalnya
hanya pengurangan laju pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh klorosis dan
nekrosis. Umumnya mulai nampak pada daun tua, karena K+ yang mobil ditransport
dari daun tua ke jaringan yang lebih muda. Turunnya turgor apalagi pada kondisi
stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat meningkatkan resistensi
tanaman terhadap beberapa penyakit.
Defisiensi Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur mobil dalam tanaman, oleh karena itu
gejala kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua. Gejala berupa
menguningnya daun, kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna daun menjadi
kemerahan akibat terbentuknya anthocyanin. Pertumbuhan tanaman akan terhambat,
dan bentuk daun tidak normal (Aonim 2, 2008).
Defisiensi mikronutrien
B ( Boron )
Kandungan total dalam tanah berkisar 20 – 200 ppm, umumnya
tidak tersedia bagi tanaman, dalam air panas dapat tersedia berkisar 0,4-5 ppm.
Dalam tanah berada dalam berbagai mineral : tourmalin (3-4 % B). B larut dalam
tanah terutama berada dalam bentuk asam borak B(OH)3. pada kondisi pH tanah,
asam ini B(OH)3 tidak mengalami disosiasi, berbeda dengan nutrien essensial
yang lain.
Defisiensi B dapat mengganggu perkembangan jaringan meristem
(pucuk akar, pucuk tunas) atau jaringan kambium. Penyediaan B diperlukan untuk
memelihara aktivitas meristem. B diperlukan untuk sintesis basa nitrogen,
seperti urasil. Penambahan urasil dan asam orotat, senyawa antara pada
biosintesis urasil diketahui mengurangi gejala defisiensi B. Defisiensi B
menandakan abnormal, terhambatnya pertumbuhan titik tumbuh, daun muda bentuknya
tidak serasi, keriput dan lebih tebal, berwarna hijau-biru gelap, klorosis yang
tidak teratur antara tulang-tulang daun. Daun dan batang/cabang menjadi rapuh
dan menimbulkan gangguan transpirasi. Defisiensi lanjut menyebabkan matinya
titik tumbuh, pembentukan bunga dan buah terhambat. Defisiensi B juga
berpengaruh terhadap perkembangan akar, akar menjadi lebih tebal dan pucuknya
mengalami nekrotik.
Cl ( Chlorida )
Chlorida dalam tanah tidak diadsorbsi oleh mineral, bersifat
mobil dan mudah mengalami pencucian. Tanaman cepat menyerap Cl-, percepatan
penyerapannya tergantung pada konsentrasi nutrien dalam tanah atau larutan
tanah. Penyerapan Cl- dapat melawan perbedaan konsentrasi.
Defisiensi Cl- sangat jarang dijumpai,
sebaliknya kelebihan Cl akan menunjukkan gejala : terbakar pucuk daun dan
pinggiran daun, “bronzing”, kuning prematur dan absisi daun.
Mo ( Molibdenum )
Kandungan total Mo dalam tanah pertanian berkisar 0,6-3,5 ppm
dengan rata-rata kandungan 2,0 ppm, yang tersedia bagi tanaman 0,2 ppm. Mo
diabsorpsi tanaman sebagai molibdat. Penyerapannya dapat berkurang karena
pengaruh kompetitif dari SO42-. Di samping itu ion fosfat meningkatkan
penyerapan Mo dan pengangkutan ke pucuk tanaman. Dalam bentuk apa Mo
ditranslokasikan belum diketahui dengan jelas, diduga di xylem dalam bentuk
MoO42-, kompleks asam amino-MoS atau sebagai kompleks Molibdat dengan gula atau
senyawa polihidroksi.
Kandungan Mo di dalam tanaman umumnya rendah,
lebih rendah dari 1 ppm bahan kering, dan Mo dapat diserap dalam jumlah yang
lebih besar dibanding mikronutrien yang lain tanpa efek keracunan.
Defisiensi Mo sering muncul pada daun tua dan daun tengah,
berwarna kuning-hijau kekuningan, tepi daun menggulung. Daun juga kecil dan
terdapat banyak nekrosis. Klorosis juga sering terjadi pada antarvena daun,
defisiensi yang parah menyebabkan tidak terbentuknya lamena daun dan hanya
tulang-tulang daun yang nampak dominan. Defisiensi Mo terutama terjadi pada
tanah asam, walaupun dapat diatasi dengan pengapuran, misal pada tanah peat,
dengan adanya asam humat akan terjadi reduksi MoO42- menjadi Mo5+ dan kation
ini yang kemudian difiksasi.
Zn ( Seng )
Kandungan Zn di litosfer sekitar 80 ppm, sedang di tanah
berkisar 10 – 300 ppm. Bentuk Zn dalam tanah sebagai garam yang mengandung ZnS,
sfalarite (ZnFe)S, Zincite ZnO dan Smithsonite ZnCO3, garam-garam ini larut
dalam air dan sebagian dari ZnS berada dalam keadaan tereduksi. Bentuk Zn yang
lain : Zn-silikat ada dua : ZnSiO3 dan ZnSiO4 ..
Keberadaan Zn di jaringan tanaman umumnya rendah kurang dari
100 ppm bahan kering. Defisiensi Zn menunjukkan gejala klorosis pada intervena
daun, area ini nampak hijau muda, kekuningan atau keputihan. Pada jagung, pita
klorosis terbentuk di kedua sisi tulang daun. Tanaman pada umumnya akan
mengalami kematian pada tunas pucuk, daun gugur secara prematur, hasil tanaman
akan menurun secara drastis.
terimakasih mas halim,, sangat membantu
ReplyDeleteSama2... Selamat belajar... Hehehe
ReplyDelete