PENDAHULUAN
Untuk keperluan hidupnya, semua
makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk
sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga dengan
mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan
anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat
gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi (Suriawiria, 1985).”
Mikroba sama dengan makhluk hidup
lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan
selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen,
oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan
atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih
dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan
seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih
dan higienis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi
mikroba agar pertumbuhannya terkendali (Anonymous, 2006).”
Menurut Waluyo (2005), peran utama
nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor
elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh
karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber
karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan
nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus
mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru
(Jawetz, 2001).”
Pertumbuhan mikoorganisme tergantung
dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air, yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh energi, adalaah bahan
makanan.
PEMBAHASAN
A. NUTRISI MIKROORGANISME
1. Jenis
Nutrisi
Nutrien
dalam media perbenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk
sintesis biologik organisme baru. Nutrient diklasifikasikan berdasarkan elemen
yang mereka suplai.
2.
Sumber-sumber nutrisi
a. Sumber
Karbon
Tumbuhan-tumbuhan
dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik untuk mereduksi
karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk kelompok autotrof,
makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient organik untuk pertumbuhannya.
Autotrof lain adalah khemolitotrof, organisme yang menggunakan substrat
anorganik seperti hidrogen atau thiosulfat sebagai reduktan dan karbondioksida
sebagai sumber karbon.
Heterotrof
membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon organik tersebut
harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Contohnya, naphthalene dapat
menyediakan semua karbon dan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan respirasi
heterotropik, tetapi sangat sedikit organisme yang memiliki jalur metabolik
yang perlu untuk asimilasi naphthalene. Sebaliknya, glukosa, dapat
membantu pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak organisme. Adalah
penting bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok untuk
galur mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah
reaksi biosintesis.
Keperluan
akan Zat Karbon
Organisme
yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa
organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidas, CO2,
sebagai satu-satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO2,
menjadi unsur pokok sel organik adalah proses reduktif, yang memerlukan
pemasukan bersih energi.
Semua
organisme lain memperoleh karbonnya terutama dari zat gizi organik. Karena
kebanyakan substrat organik adalah setingkat dengan oksidasi umum sebagai unsur
pokok sel organik, zat-zat itu biasanya tidak usah menjalani reduksi pertama
yang berguna sebagai sumber karbon sel. Selain untuk memenuhi keperluan
biosintetik akan karbon, maka substrat organik harus memberikan keperluan
energetik untuk sel itu. Akibatnya sebagian besar daripada karbon yang terdapat
pada substrat organik memasuki lintasan lintasan metabolisme yang menghasilkan
energi dan akhirnya dikeluarkan lagi dari sel, sebagai CO2 (hasil
utama dalam metabolisme pernapasan yang menghasilkan energi atau sebagai
campuran CO2 dan senyawa organik). Jadi, substrat organik biasanya
mempunyai peran gizi yang lengkap.
b. Sumber
Nitrogen
Nitrogen
merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar lebih kurang
10 persen dari berat kering sel bakteri. Nitrogen mungkin disuplai dalam bentuk
yang berbeda, dan mikroorganisme beragam kemampuannya untuk mengasimilasi
nitrogen. Hasil akhir dari seluruh jenis asimilasi nitrogen adalah bentuk
paling tereduksi yaitu ion ammonium (NH4+). Banyak
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO3)
dan nitrit (NO2) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak
(NH3). Jalur asimilasi ini berbeda dengan jalur dissimilasi nitrat
dan nitrit. Jalur dissimilasi digunakan oleh organisme yang menggunakan ion ini
sebagai elektron penerima terminal dalam respirasi, proses ini dikenal sebagai
denitrifikasi, dan hasilnya adalah gas nitrogen (N2), yang
dikeluarkan ke atmosfer.
Kemampuan
untuk mengasimilasi N2 secara reduksi melalui NH3, yang
disebut fiksasi nitrogen, adalah sifat untuk prokariota, dan relatif sedikit
bakteri yang memiliki kemampuan metabolisme ini. Proses tersebut membutuhkan
sejumlah besar energi metabolik dan tidak dapat aktif dengan adanya oksigen.
Kemampuan fiksasi nitrogen ditemukan pada beragam bakteri yang berevolusi
sangat berbeda dalam strategi biokimia untuk melindungi enzim fixing-nitrogen
nya dari oksigen.
Kebanyakan
mikroorganisme dapat menggunakan NH4+ sebagai sumber
nitrogen utama, dan banyak organisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan NH4+
dari amina (R-NH2) atau dari asam amino (RCHNH2COOH).
Produksi amoniak dari deaminasi asam amino disebut ammonifikasi. Amoniak
dimasukkan ke dalam bahan organik melalui jalur biokomia yang melibatkan
glutamat dan glutamine.
c. Sumber Belerang
Belerang
adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang membentuk bagian
struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan
merionil protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh
tumbuhan atau hewan. Namun, beberapa bakteri autotropik dapat mengoksidasinya
menjadi sulfat (SO42-). Kebanyakan mikroorganisme dapat
menggunakan sulfat sebagai sumber belerang, mereduksi sulfat menjadi hidrogen
sulfida (H2S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H2S
secara langsung dari medium pertumbuhan tetapi senyawa ini dapat menjadi racun
bagi banyak organisme.
Kedua unsur
ini yaitu belerang dan nitrogen terdapat dalam sel dalam bentuk tereduksi,
sebagai gugus sulfhidril dan amino. Sebagian besar mikroorganisme mampu
menampung unsur-unsur ini dalam bentuk oksida dan mereduksi sulfat dan juga
nitrat. Sumber nitrogen yang paling lazim untuk mikroorganisme adalah
garam-garam ammonium. Beberapa prokariot mampu mereduksi nitrogen molekul (N2
atau dinitrogen). Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam amino sebagai sumber
nitrogen, jadi yang mengandung nitrogen organik. Tidak semua mikroorganisme
mampu mereduksi sulfat, beberapa diantaranya memerukan H2S atau
sistein sebagai sumber S.
Keperluan
Akan Nitrogen dan Belerang
Nitrogen dan
belerang terdapat pada senyawa organik sel terutama dalam bentuk yang
terinduksi masing-masing sebagai gugus amino dan sulfhidril. Kebanyakan
organisme fotosintetik mengasimilasi kedua unsur ini dalam keadaan anorganik
yang teoksidasi, sebagai nitrat dan sulfat, jadi penggunaan biosintetiknya
meliputi reduksi pendahuluan. Banyak bakteri nonfotosintetik dan cendawan dapat
juga memenuhi keperluannya akan nitrogen dan belerang dari nitrat dan sulfat.
Beberapa mikroorganisme tidak dapat mengadakan reduksi salah satu atau kedua
anion ini dan harus diberikan unsur dalam bentuk tereduksi. Keperluan akan
sumber nitrogen yang tereduksi agak umum dan dapat dipenuhi oleh persediaan
nitrogen sebagai garam-garam ammonium. Keperluan akan belerang tereduksi lebih
jarang, bahan itu dipenuhi dari persediaan sulfida atau dari senyawa organik
yang mengandung satu gugus sulfhidril (misalnya sisteine).
Beberapa
bakteri dapat juga memanfaatkan sumber nitrogen alam yang paling banyak, yaitu
N2. Proses asimilasi nitrogen ini disebut fiksasi nitrogen dan meliputi
reduksi permulaan N2 menjadi amino.
d. Sumber
Phospor
Fosfat (PO43-)
dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti NAD,
NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A),
komponen dinding sel (teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan
beberapa protein adalah bergugus fosfat. Fosfat selalu diasimilasi sebagai
fosfat anorganik bebas (Pi).
e. Sumber
Mineral
Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg2+)
dan ion ferrum (Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu:
magnesium dalam molekul klorofil, dan besi sebagai bagian dari koenzim sitokrom
dan peroksidase. Mg2+ dan K+ keduanya sangat penting
untuk fungsi dan kesatuan ribosom. Ca2+ dibutuhkan sebagai komponen
dinding sel gram positif, meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram
negatif. Banyak dari organisme laut membutuhkan Na+ untuk
pertumbuhannya. Dalam memformulasikan medium untuk pembiakan kebanyakan
mikroorganisme, sangatlah penting untuk menyediakan sumber potassium,
magnesium, kalsium, dan besi, biasanya dalam bentuk ion-ion (K+, Mg2+,
Ca2+, dan Fe2+). Banyak mineral
lainnya (seperti Mn2+, Mo2+, Co2+,
Cu2+, dan Zn2+) dibutuhkan: mineral
ini kerapkali terdapat dalam air kran atau sebagai kontaminan dari kandungan
medium lainnya.
f. Sumber
Oksigen
Untuk sel
oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO2
dan dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banya organisme yang
tergantung dari oksigen molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang
berasal dari molekul oksigen hanya akan diinkorporasi ke dalam substansi sel
kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau hidrokarbon aromatic yang
berantai panjang. Menilik hubungannya dengan oksigen dapat dibedakan
sekurang-kurangnya tiga kelompok organisme: organisme aerob obligat yang mampu
menghasilkan energi hanya melalui respirasi dan dengan demikian tergantung pada
oksigen. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam lingkungan bekas
oksigen. Untuk organisme ini O2 bersifat toksik. Mikroorganisme
anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O2 udara, jadi bersifat
aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O2,
tetapi memperoleh energi semata-mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif
lain (Enterobacteriaceae) dan banyak ragi dapat beralih dari peroleh
energi dengan respirasi (dengan adanya O2) ke peragian (tanpa O2).
3. Tipe-Tipe
Nutrisi Utama Bakteri
Tipe
|
Sumber Energi
untuk Pertumbuhan
|
Sumber Karbon
Untuk Pertumbuhan
|
Contoh genus
|
Fototrof
Fotoautotrof
Fotoheterotrof
|
Cahaya
Cahaya
|
CO2
Senyawa organik
|
Chromatium
Rhodopseumdomonas
|
Kemotrof
Kemoautotrof
Kemoheterotrof
|
Oksidasi senyawa
Organik
Oksidasi senyawa
organik
|
CO2
Senyawa organik
|
Thiobacillus
Esherichia
|
4. Fungsi
Nutrisi Untuk Mikroba
Setiap unsur
nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut
diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya
berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya
diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam
bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na)
untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak
tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru,
dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation
monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk
padat maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk
padat tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam
bentuk cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula
menggunakan makanan dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan
lebih dulu di luar sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di
luar sel ini dikenal sebagai extracorporeal digestion. Bahan makanan
yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan
pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya
bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber
karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber
nitrogen.
a. Air
Air
merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah sebagai
sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi
sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme.
b. Sumber
energi
Ada beberapa
sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang dapat
dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari.
c. Sumber
karbon
Sumber
karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik. Senyawa
organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik, garam asam
organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik misalnya karbonat dan
gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama untuk tumbuhan tingkat
tinggi.
d. Sumber
aseptor elektron
Proses
oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus
ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini
disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikrobia
yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa organik, NO3-,
NO2-, N2O, SO4 =, CO2, dan Fe3+.
e. Sumber
mineral
Mineral
merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P.
unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur
mineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo,
Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad.
Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah
sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro
sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan
dapat masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat
partikel debu. Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga
berfungsi untuk mengatur tekanan osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan
potensial oksidasireduksi (redox potential) medium.
f. Faktor
tumbuh
Faktor
tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor,
atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber
karbon yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya
dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai
penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan
vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim.
g. Sumber
nitrogen
Mikroba
dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein,
dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis
jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat
lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.
5. Unsur
utama, sumber dan fungsi mereka dalam sel bakteri.
Elemen
|
% dari berat kering
|
Sumber
|
Fungsi
|
Karbon
|
50
|
Kompleks organik atau CO
2
|
material Utama dari bahan selular
|
Oksigen
|
20
|
H 2 O, Kompleks
organik, CO 2, dan O 2
|
Konstituen dari sel dan sel bahan
air; O 2 adalah menerima elektron dalam respirasi aerobik
|
Nitrogen
|
+14
|
NH 3, NO 3,
Kompleks organik, N 2
|
Konstituen dari asam amino, asam
nukleik nucleotides, dan coenzymes
|
Hidrogen
|
8
|
H 2 O, Kompleks
organik, H 2
|
Utama dari organik memanjang dan
sel air
|
Fosfor
|
3
|
anorganik Fosfat (PO 4)
|
Konstituen dari asam nukleik,
nucleotides, phospholipids, LPS, teichoic asam
|
Belerang
|
1
|
SO 4, H 2
S, S o, belerang organik memanjang
|
Konstituen dari cysteine,
methionine, glutathione, beberapa coenzymes
|
Kalium
|
1
|
Kalium GARAM dapur
|
Utama selular anorganik gigih dan
cofactor untuk enzim tertentu
|
Magnesium
|
0.5 0,5
|
Magnesium GARAM dapur
|
Anorganik selular dengan gigih,
cofactor tertentu untuk reaksi enzimatis
|
Kalsium
|
0.5 0,5
|
Kalsium GARAM dapur
|
Anorganik selular dengan gigih,
cofactor untuk enzim tertentu dan komponen endospores
|
Besi
|
0.2 0,2
|
GARAM dapur besi
|
Komponen tertentu cytochromes dan
nonheme-besi dan protein yang cofactor untuk beberapa reaksi enzimatis
|
6.
Penggolongan Mikroba Berdasarkan Nutrisi Dan Oksigen
a.
Berdasarkan sumber karbon
Berdasarkan
atas kebutuhan karbon jasad dibedakan menjadi jasad ototrof dan heterotrof.
Jasad ototrof ialah jasad yang memerlukan sumber karbon dalam bentuk anorganik,
misalnya CO2 dan senyawa karbonat. Jasad heterotrof ialah jasad yang memerlukan
sumber karbon dalam bentuk senyawa organik. Jasad heterotrof dibedakan lagi
menjadi jasad saprofit dan parasit. Jasad saprofit ialah jasad yang dapat
menggunakan bahan organik yang berasal dari sisa jasad hidup atau sisa jasad
yang telah mati. Jasad parasit ialah jasad yang hidup di dalam jasad hidup lain
dan menggunakan bahan dari jasad inang (hospes)-nya. Jasad parasit yang dapat
menyebabkan penyakit pada inangnya disebut jasad patogen.
b.
Berdasarkan sumber energi
Berdasarkan
atas sumber energi jasad dibedakan menjadi jasad fototrof, jika menggunakan
energi cahaya; dan khemotrof, jika menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika
didasarkan atas sumber energi dan karbonnya, maka dikenal jasad fotoototrof,
fotoheterotrof, khemoototrof dan khemoheterotrof. Perbedaan dari keempat jasad
tersebut sbb:
Jasad
|
Sumber Karbon
|
Sumber Energi
|
Fotoototrof
Fotoheterotrof
Khemotrof
khemoheterotrof
|
Zat anorganik
Zat organik
Zat anorganik
Zat organic
|
Cahaya matahari
Cahaya matahari
Oksidasi zat anorganik
Oksidasi zat organik
|
c.
Berdasarkan sumber donor elektron
Berdasarkan
atas sumber donor elektron jasad digolongkan manjadi jasad litotrof dan
organotrof. Jasad litotrof ialah jasad yang dapat menggunakan donor elektron
dalam bentuk senyawa anorganik seperti H2, NH3, H2S, dan S. jasad organotrof
ialah jasad yang menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa organik.
d.
Berdasarkan sumber energi dan donor elektron
Berdasarkan
atas sumber energi dan sumber donor elektron jasad dapat digolongkan menjadi
jasad fotolitotrof, fotoorganotrof, khemolitotrof, dan khemoorganotrof.
Perbedaan keempat golongan jasad tersebut sbb
Jasad
|
Sumber Energi
|
Sumber Donor Elektron
|
Contoh
|
Fotolitotrof
|
Cahaya
|
Zat anorganik
|
Tumbuhan tingkat tinggi, alga
|
Fotoorganotrof
|
Cahaya
|
Zat organik
|
Bakteri belerang fotosintetik
|
Khemolitotrof
|
Oksidasi zat
|
Zat anorganik
|
Bakteri besi, bakteri
|
Khemoorganotrof
|
Anorganik
Oksidasi zat organik
|
Zat organik
|
hidrogen, bakteri nitrifikasi
Jasad heterotrof
|
e.
Berdasarkan kebutuhan oksigen
Berdasarkan
akan kebutuhan oksigen, jasad dapat digolongkan dalam jasad aerob, anaerob,
mikroaerob, anaerob fakultatif, dan kapnofil. Pertumbuhan mikroba di dalam
media cair dapat menunjukkan sifat berdasarkan kebutuhan oksigen.
Obligat
aerob Fakultatif anaerob Obligat anaerob Aerotoleran/Anaerob Mikroaerofil Jasad
aerob ialah jasad yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satusatunya
aseptor hidrogen yang terakhir dalam proses respirasinya. Jasa anaerob, sering
disebut anaerob obligat atau anaerob 100% ialah jasad yang tidak dapat
menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir dalam proses
respirasinya. Jasad mikroaerob ialah jasad yang hanya memerlukan oksigen dalam
jumlah yang sangat sedikit. Jasad aerob fakultatif ialah jasad yang dapat hidup
dalam keadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat anaerob toleran.
Jasad kapnofil ialah jasad yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2
tinggi.
No comments:
Post a Comment