I. PENDAHULUAN
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan
ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan
gambaran, maksud, gagasan, perasaan(ekspresif). Untuk itu penulis atau
pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata.Yang
terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari
diksi.Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat
diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata
pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan
begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan
pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.
Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya
bahasa, namun sebenarnya majas termasuk dalam gaya bahasa. Dalam tulisan
ini pengertian gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks
tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan tertentu.
. Pemakaian gaya bahasa juga dapat
menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat
mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat.
Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang
lainnya diharapkan dapat membantu dalam tulisan.Apalagi bagi para pendidik, penulis.Baik
novel ataupun penulis puisi. Majas dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis dengan pilihan kata, frase, klausa, dan kalimatnya.
Berkenaan dengan hal tersebut bagi peningkatan
profesionalisme dan karier pendidik, perlu disusun sebuah makalah yang mampu
menjadi wahana para pendidik untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep
keilmuan berkenaan tentang majas.
II.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
A.
Pengertian diksi atau pilihan kata dalam bahasa
Indonesia
B.
Apa yang dimaksud dengan majas?
C.
Apa saja pengelompokan majas?
D.
Apa saja macam-macam di
dalam kelompok-kelompok majas?
E.
Bagaimana contoh-contoh kalimat majas?
III.
PEMBAHASAN
A.
Diksi dan
Pilihan kata
1.
Pengertian Diksi
atau Pilihan Kata
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata,
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita.Agar
menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.
Ketepatan dalam pemilihan kata dalam
menyampaikan gagasan.
b.
Pengarang harus memiliki kemampuan dalam
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna, sesuai dengan gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai
rasa pembaca.
c.
Menguasai berbagai macam kosakata dan mempu
memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang jelas, efektif, dan
efisien.
Contoh
paragraf :
a.
Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan
teman-temanku. Udara di sana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak
terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
b.
Liburan kali ini Aku dan teman-temanku
berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba.
Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak
heti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah
untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari di
sana. Kami pulang dengan hati senang.
c.
Kedua paragraph diatas memiliki makna yang
sama, tetapi dalam pemilihan kata atau diksi, paragraph kedua lebih menarik
bagi pembaca karena enak dibaca dan tidak membosankan.
2.
Syarat-Syarat
Pemilihan Kata
a.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar
secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara
objektif.Makna denotatif sering disebut makna konseptual.Misalnya, kata makan
yang bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna
yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.Kata makan pada makna
konotatif berarti untung atau pukul.Makna konotatif selalu berubah dari zaman
ke kata umum, jika kata khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
b.
Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat
diserap oleh pancaindra.Misalnya meja, zaman.Contoh lainnya misalnya kamar
kecil dapat bermakna konotatif jamban, sedangkan makna denotative adalah kamar
yang kecil.
c.
Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih
luas.Kata khusus adalah kata yang acuannya lebih sempit atau khusus.Misalnya
ikan termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele,
gurami, gabus, koi.Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadirumah, mobil, air,
cantik, hangat, wangi, suara.Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya
sulit diserap oleh pancaindra.Misalnya perdamaian, gagasan.Kegunaan kata astrak
untuk mengungkapkan gagasan rumit.Kata abstrak dapat membedakan secara halus
antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak yang
banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam
menyampikan gagasan penulis.
d.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada
asasnya mempunyai makna yang sama, tapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan
cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.
e.
Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari
bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.Kata-kata ilmiah
biasa digunakan oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam
tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi,
tesis, desertasi.Selain itu digunakan pada acara-acara resmi.Kata popular
adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Berikut
adalah contoh dari kata-kata tersebut.
Kata
Ilmiah:
Kata
Popular:
Analogi
Kiasan
Final
Akhir
Diskriminasi
Perbedaan
Perlakuan
Prediksi
Ramalan
Kontradiksi
Pertentangan
Format
Ukuran
Anarki
Kekacauan
Biodata
Biografi Singkat
Bibliografi
Daftar
Pustaka
3.
Fungsi dari diksi
a.
Untuk mencegah kesalah
pahaman
b.
Untuk mencapai target
komunikasi yang efektif.
c.
Untuk Melambangkan
gagasan yang di ekspresikan secara verbal
d.
Supaya suasana yang tepat
bisa tercipta.
e.
Membentuk gaya
ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.
B.
Majas
1.
Pengertian Majas
Majas atau gaya
bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis
sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan
maupun tertulis
2.
Jenis – Jenis Majas
A.
Majas
Perbandingan
1.
Alegori:
Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing,
yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala
sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
2.
Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan
karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang
hidungnya.
3.
Simile:
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan
dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".
contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
4.
Metafora:
Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama. contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan
menampakkan diri.
5.
Antropomorfisme:
Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia
untuk hal yang bukan manusia
6.
Sinestesia:
Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
7.
Antonomasia:
Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8.
Aptronim:
Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9.
Metonimia:
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum).
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum).
10.
Hipokorisme:
Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
11.
Litotes:
Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh:
Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
12.
Hiperbola:
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut
menjadi tidak masuk akal.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
13.
Personifikasi:
Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu
yang bukan manusia.
Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
14.
Depersonifikasi:
Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15.
Pars
pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
16.
Totum
pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.contoh:Indonesia
bertanding volly melawan Thailand.
17.
Eufimisme:
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata
lain yang lebih pantas atau dianggap halus. contoh:Dimana saya bisa menemukan
kamar kecilnya?
18.
Disfemisme:
Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19.
Fabel:
Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur
kata.
contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
20.
Parabel:
Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam
cerita.Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih
pendek.
21.
Eponim:
Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.contoh:Kita bermain ke rumah
Ina.
22.
Simbolik:
Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
23.
Asosiasi:
perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh:
Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
B.
Majas
Sindiran
1.
Ironi:
Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan
dari fakta tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
2.
Sarkasme:
Sindiran langsung dan kasar.
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
3.
Satire:
Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan
fakta sesungguhnya.
C.
Majas Penegasan
1.
Apofasis:
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2.
Pleonasme:
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Saya naik tangga ke atas.
3.
Repetisi:
Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4.
Pararima:
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5.
Aliterasi:
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6.
Paralelisme:
Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7.
Tautologi:
Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8.
Sigmatisme:
Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9.
Antanaklasis:
Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10.
Klimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11.
Antiklimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih
penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12.
Inversi:
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13.
Retoris:
Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan
tersebut.
14.
Elipsis:
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
15.
Koreksio:
Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16.
Polisindenton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17.
Asindeton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18.
Interupsi:
Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19.
Eksklamasio:
Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20.
Enumerasio:
Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21.
Preterito:
Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22.
Alonim:
Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
D.
Majas
Pertentangan
1.
Paradoks:
Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya
keduanya benar.
2.
Oksimoron:
Paradoks dalam satu frasa.
3.
Antitesis:
Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
IV.
KESIMPULAN
Kreatifitas dalam memilih kata merupakan kunci
utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan.Penguasaan dalam pengolahan
kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, enak
dibaca, serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Diksi adalah kemampuan penulis untuk
mendapatkan kata agar dalam pembacaan dan pengertiannya tepat.Kata ilmiah
adalah kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas untuk memperoleh efek-efek tertentu. Majas dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
1.
Majas perbandingan yang terdiri dari
personifikasi, depersonifikasi, metafora, simile, alegori.
2.
Majas pertentangan yang terdiri dari
hiperbola,litotes, antitesis, paradoks, okupasi, kontradiksi internimis
3.
Majas pertautan yang terdiri dari metonimia,
sinekdoke, eufinisme, alusi, elipsis, autonomasia; majas perulangan yang
terdiri dari repetisi, pararelisme, kiasmus, aliterasi, antanaklasis; majas
sindiran yang terdiri dari ironi, sinisme, sarkasme.
4.
Majas penegasan yang terdiri dari pleonasme,
klimaks, antiklimaks, retoris.
V.
PENUTUP
Demikian
Makalah ini disusun semoga bermanfaat, dan kami dari penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun. Kurang lebihnya kami mohon maaf.
DAFTAR
PUSTAKA
(http://catatangadisku.blogspot.com/2010/01/judul-pilihan-kata-tiu-siswadapat.html
, diakses
tanggal 24 november 2010).
(www.scribd.com/doc/24066125/Bentuk-Dan-Makna-Kata.html , diakses tanggal 24 november 2010)
(http://lkpk.org/info/pengertian-kata-kajian-dan-kata-populer.html, diakses tanggal 26 november 2010)
No comments:
Post a Comment