Bagi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Kaderisasi
merupakan proses yang sistematis dan disengaja untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun Tujuan tersebut adalah :
1. Pewarisan Nilai – nilai
Kaderisasi sebagai suatu yang ideal merupakan media dimana nilai – nilai
seperti Aswaja ( Moderat, toleran, kasih sayang ),Tradisi, etos perjuangan,
militansi dan tanggung jawab sosial, disebarkan kepada ” Generasi baru ”. Namun
demikian bahwa penanaman nilai itu tidak cukup hanya dengan waktu 1 atau 2
hari. Karenanya, kaderisasi formal hanyalah merupakan suatu awal dimana proses
pendidikan dimulai.
Dari hal semacam inilah akan berimplikasi pada pemaknaan Makesta, Lakmud
sebagai media nilai – nilai, teori dan gagasan diberikan. Pada prakteknya,
nuansa indoktrinasi atau ideologisasi merupakan hal yang tak terhindari.
2. Pemberdayaan Anggota
Kaderisasi merupakan arena penguatan atau pemberdayaan pelajar, santri dan
remaja, membantu mempercepat proses intelektualisasi serta penyadaran remaja,
pelajar dan santri dalam sosialitas dan historisitasnya.
Argumen ini mengharuskan abahwa kaderisasi menyediakan fasilitas dan ruang
bagi kader dalam proses pembelajarannya secara sistemik sesuai pluralitas
potensi kader. Kecenderungan dan minat bakat kader harus difasilitasi terutama
pasca kaderisasi formal.
3. Memperbanyak anggota dan regenerasi
Jumlah anggota merupakan salah satu icon keberhasilan organisasi, sebab
secara obyektif dirasakan dibutuhkan oleh pelajar, remaja dan santri. Sehingga
kaderisasi merupakan media memperbanyak jumlah anggota. Selain itu, sebuah
organisasi juga membutuhkan Human resources untuk melaksanakan kerja – kerja
organisasi.
4. Persaingan antar kelompok.
Dorongan yang tanpa disadari memiliki agenda tersembunyi, yakni rivalitas
antar organisasi lainnya. Kader dipersiapkan untuk bersaing dengan kelompok
lain. Karenanya politik identitas menjadi agak dominan. Persaingan ini bisa
sehat, bisa tidak, tergantung pengelolaan.
5. Melaksanakan Mandat Organisasi
Kaderisasi yang didorong oleh mandat organisasi atau kewajiban organisasi
agar tidak kehabisan kader sehingga menjadi keniscyaan sebuah organisasi,
karenanya menjadi agenda rutin.
Secara umum Hasil pengkaderan (output yang
diharapkan ) menghasilkan kader dengan kualifikasi :
1. Mempunyai Visi dan Ideologi yang
Kuat ( Visioner dan Ideologis )
2. Memiliki Kapasitas Intelektual
dan skill organisasi yang memadai.
3. Memiliki Integritas Moral ,
loyalitas dan disiplin yang tinggi.
4. Mempunyai kemampuan olah
teknologi.
5. Mempunyai karakter dan
kepribadian yang kuat.
****Catatan.
Harus diingat bahwa berbicara kaderisasi, tidak hanya sebatas kaderisasi
formal, tidak hanya berbicara kurikulum, dan tidak semua kader harus pintar
bicara. Kaderisasi merupakan hal yang sangat kompleks. Begitu juga dengan cara
yang dipakai. Sudah saatnya IPNU mengurangi gaya gaya Formalis yang
menghabiskan banyak energi dan biaya.
METODOLOGI KADERISASI
Metodologi
adalah menyangkut cara, tahapan dan kerangka pelaksanaan pendidikan dan
kaderisasi pada suatu organisasi.
Di IPNU mempunyai 2 pengertian metodologi yakni ;
1. Metodologi dalam kontek design
besar kaderisasi IPNU.
2. Metodologi dalam proses
pembelajaran di ruangan / kelas.
Dalam makna yang pertama, maka terdapat
pengelompokan jenis kaderisasi di IPNU ;
Dalam pengertian yang kedua maka, terdapat banyak
farian model, pendekatan, dan metode penyampaian materi dalam suatu pelatihan.
Pengelompokan Jenis Kaderisasi
No
|
Jenis
|
Definisi
|
Tujuan Umum
|
Macam
|
1
|
Formal
|
Pendidikan / Pelatihan yang secara berjenjang wajib diikuti oleh setiap
kader yang terbatas oleh ruang dan waktu
|
Memberikan pemahaman tentang dasar – dasar berorganisasi baik berupa
pengetahuan, nalar, maupun emosional.
|
· MAKESTA
· LAKMUD
· LAKUT
|
2
|
Non Formal
|
Pendidikan / pelatihan yang terbatas oleh ruang dan waktu bersifat
tambahan serta tidak wajib diikuti oleh setiap kader dan merupakan pelatihan
pengembangan sesuai dengan minat bakat setiap anggota.
|
Memberikan pengetahuan maupun skill teknis tambahan bagi kader sesuai
dengan minat dan bakat masing masing dalam rangka pengembangan organisasi.
|
· Dilklatama
CBP
· Diklatmad
· Diklatnas
· Latfas I
· Latfas II
· Pelatihan
Kepemimpinan & Teknis keorganisasian
· Pelatiahan
Jurnalistik
· Civic Education
· Pelatihan Advokasi dll.
|
3
|
Informal
|
Pendidikan yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu dan pasti akan
dialami oleh setiap kader dalam rangka dinamisasi organisasi. Kaderisasi yang
dilakukan bersamaan dengan proses proses berorganisasi. Inti kaderisasi
terletak pada konteks ini
|
Merupakan aplikasi dari teori - teori maupun pengetahuan yang sudah
diberikan dalam pelatihan formal maupun non formal.
|
· Kegiatan
sehari – hari kader / anggota dalam rangka mengurusi organisasi.
|
1. Eksklusif
|
:
|
tertutup untuk orang luar
|
2. Rahasia
|
:
|
yang berhak masuk ke dalam ruangn hanyalah ; pembicara, fasilitator.
|
3. Demokratis
|
:
|
Peserta dan panitia / fasilitator dikenakan hak dan kewajiban yang sama.
|
4. Doktrinal
|
:
|
Kaderisasi utamanya pada makesta merupakan area penanaman nilai – nilai
karenanya suasananya demokratis doktrinal.
|
5. Administratif
|
:
|
semua peserta dan panitia
tercatat dalam dokumen Ranting, PAC dan PC untuk data base dan memudahkan
pemantauan kader. Setiaap peserta juga diharuskan mendapat sertifikat untuk
syarat kaderisasi selanjutnya
|
JENJANG KADERISASI FORMAL DAN NON FORMAL
No
|
Tingkatan Kepengurusan
|
Kaderisasi Formal
|
Kaderisasi Non Formal
|
1
|
Ranting / Komisariat
|
Makesta
Menjadi Syarat Pengurus PR / PK
|
1. Pelatihan Kepemimpinan dan keorganisasian
2. Pelatihan Kewirausahaan
3. Pelatihan Komputer, dll
|
2
|
PAC
|
Lakmud
Menjadi Syarat Pengurus PAC
|
1. Pelatihan Jurnalistik
2. Latfas I
3. Pelatihan internet, dll
|
3
|
PC
|
LAKUT
Menjadi Syarat Pengurus PC
|
1. Latfas II
2. Diklatama CBP
3. Civic
Education
4. Legal
Drafting
|
Catatan Penting ;
Kaderisasi formal lebih banyak
materi doktrinal dan ideologis serta pengetahuan. Karenanya untuk memberikan
kecakapan hidup baik individu maupun sosial dan teknologi harus dilanjutkan
dengan Follow up kegiatan baik dalam bentuk kaderisasi non formal maupun
kegiatan – kegiatan yang lain. Ini artinya kesinambungan kegiatan yang diikuti
kader menjadi suatu keniscayaan.
Tahap
kaderisasi
MENGAPA
harus memakai pentahapan atau penjenjangan, tiada lain untuk membawa kader
menurut tujuan IPNU (secara teks resmi, tertuang dalam Anggaran dasar IPNU)
1)
Proses
kaderisasi pada dasarnya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. rekrutment calon anggota ( Pra Makesta )
b. pelatihan formal,
c. pendampingan dan treatment
d. pengembangan
e. distribusi kader
2)
Rekrutmen
calon anggota sebagaimana point (1) poin a, dilakukan dengan tahapan:
a.
pengenalan
IPNU pada calon anggota dan pelajaran pada umumnya
b.
pendataan
calon anggota
c. pendekatan dengan berbagai metode
dan kegiatan
3)
Pelatihan
formal sebagaimana point (1) poin b, adalah pelatihan berjenjang dan pelatihan
non- jenjang dalam struktur kaderisasi formal
4)
Pendampingan
dan treatment sebaigaimana point(1) poin c, dilakukan dengan berbagai methode, pendekatan dan
kegiatan yang diorIentasikan untuk mendampingi dan merawat out-put
pelatihan formal serta menjaga
kesinambungan proses kaderisasi.
5)
Pengembangan
sebagaimana point (1) poin d, dilakukan dengan penguatan, pendalaman dan pengembangan kapasitas,
pengetahuan,dan militansi kader.
6)
Pendampingan
dan pengembangan sebagaimana point (4) dan point (5) merupakan salah satu
bentuk kaderisasi informal dan non-formal.
7)
Distribusi kader sebagaimana point (1) poin e,
dilakukan dengan memfasilitasi para kader untuk mengaktualisasikan
potensi,kapasitas dan militansinya dalam kerja nyata, baik dalam ranah
internal organisasi maupun external organisasi.
Sebagaimana
layaknya pentahapan pengkaderan, di IPNU dibagi setidaknya menjadi 3 tahap
berdasarkan pelatihan kader formal di IPNU, sedangkan pasca pelatihan formal
adalah pembinaan, pengelolaan dan kanalisasi kader yang sebenarnya adalah pengkaderan
sungguhnya itu. Jika dibagi lagi tahapannya secara menyeluruh
maka akan didadapati sebagai berikut :
1.
Pra-Makesta
2.
Makesta
3.
Pasca Makesta
4.
LAKMUD
5.
Pasca LAKMUD
6.
LAKUT
7.
Pasca LAKUT
PENDEKATAN DAN METODE PELATIHAN
Pendekatan pelatihan
1) Pendekatan pelatihan yang di
pilih adalah pendekatan andragogy, atau gabungan antara pendekatan andragogy
dan paedagogy.
2) Pada jenjang MAKESTA, pendekatan
pelatihan yang di gunakan adalah gabungan antara pendekatan paedaggogy dan
andragogy, dengan pendekatan padagogy lebih dominan
3) Pada jenjang LAKMUD pendekatan
pelatihan yang digunakan adalah gabungan antara pendekatan adalah gabungan
antara pendekatan Paedagogy dan andragogi, dengan pendekatan andragogi lebih
dominan.
4) Pada jenjang LAKUT, Latfas I dan
Latfas II pelatihan yang digunakan adalah pendekatan andragogy murni dengan
murni full-participatory training.
5) Pada jenjang pelatihan sebagaiman
point 4. pelatihan dilakukan dengan menjadikan pengalaman sebagai sumber
belajar.
Methode pelatihan
1) Pelatihan diselenggarakan dengan
methode - methode yang mendukung bagi pencapaian tujuan kaderisasi secara umum
2)
Methode
sebagaimana point 1 di
antaranya:
a.
ceramah
b.
brainstorming
c.
diskusi
d.
focus group
discussion (FGD)
e.
game dan dinamika
kelompok
f.
penugasan
g.
study kasus
h.
praktek
i.
pengamatan
proses
3)
pelatihan
atau fasilitator di perkenankan menambah dan mengembangkan metode sebagaimana
point (2)
4)
pilihan
metode sebagaimana point 2. disesuakan dengan jenjang dan kebutuhan peserta
SRATEGI PERAWATAN KADER
strategi perawatan kader
1) Untuk menjamin keberlangsungan
kaderisasi dan menjaga militansi kader serta mengembangkan dan menatapkan
potensi keder, setiap tingkatan kepengurusan harus merumuskan strategi
perawatan kader
2) Strategi perawatan kader
sebagaimana point 1 dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan serta
kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan konteks daerah yang bersangkutan.
3) Kegiatan- kegiatan sebagaimana
point 2. dapat berupa kejadian dalam bentuk bozz group, bimbingan belajar, pelibatan langsung
dalam berbagai kegiatan , advokasi dan lain sebagainya.
SERTIFIKASI PELATIHAN KADER
Hak atas sertifikasi
1) Pada setiap pelatihan kader di
semua tingkatan, penyelenggara memberikan sertifikasi
2) Sertifikasi sebagaimana point 1)
di berikan kepada peserta yang telah mengikuti suatu pelatihan secara penuh dan
layak berdasarkan penilian dari fasilitator dan panitia.
Bentuk sertifikasi
1) sertifikasi ditandai dengan
sertifikat atau nama lain yang disepakati.
2) Pada sertifikat sebagimana point
1,dicantumkan:
a. Nama
b. Tempat dan tanggal lahir
c. Alamat
d. Lembaga/ kepengurusan pengutus
e. Kualifikasi hasil
3) Sertifikat diterbitkan dan
ditandatangani oleh kepengurusan IPNU Penyelenggara pelatihan.
4) Jika kegiatan pelatihan
dilaksanakan bersama lembaga lain, sertifikat dapat ditandatangani bersama
dengan pimpinan lembaga yang bersangkutan.
KADERISASI NON FORMAL
Kaderisasi Non Formal, pada dasarnya disesuaikan
dengan kebutuhan di masing masing tingkatan kepengurusan. Meskipun demikian,
ada 2 macam pelatihan yang harus diberikan rambu rambu yakni : Latfas I dan II, Diklatama CBP,s.d.
Diklatnas.
1. Latfas merupakan jenjang
Pelatihan yang harus dilalui oleh kader IPNU yang akan menjadi Fasilitator pada
setiap pelatihan Formal di IPNU. Seorang Kader yang akan menjadi Fasilitator
Makesta harus sudah menempuh LATFAS I. Dan yang akan menjadi Fasilitator LAKMUD
dan LAKUT harus sudah menempuh LATFAS II.
2. Adapun Diklatama adalah pelatihan
khusus bagi kader yang akan memilih CBP menjadi kaegiatan utama dalam IPNU.
Seseorang yang akan mengikuti Diklatama harus sudah pernah mengikuti MAKESTA
sebagai satu satunya pintu masuk organisasi IPNU ( PD/ PRT IPNU ).
3. Adapun Kurikulum kaderisasi CBP
akan dirumuskan secara otonom oleh CBP.
STRATEGI MUMUM PELAKSANAAN KADERISASI
1. Semua kegiatan IPNU baik berupa
Kaderisasi ( Khusus Makesta ) maupun non kaderisasi harus berbasis pada ranting
/ diselenggarakan di Ranting maupun komisariat. Hal ini dimaksudkan agar setiap
kader bisa mengikuti kegiatan tanpa terbebani banyaknya biaya operasional
terutama transportasi. Dari sisi waktu maupun tenaga juga hemat. Terlebih pada
operasional kegiatan ( terutama konsumsi ) menjadi lebih murah karena bisa
bekerjasama dengan warga Nahdliyyin.
2. Untuk lebih mempercepat proses kaderisasi maka harus diperhatikan hal – hal
:
a. IPNU sudah saatnya meninggalkan
hal – hal / gaya yang bersifat Formalis. Contoh : Pelaksanaan Makesta / Lakmud
/ Lakut tidak harus menggunakan Sound System besar, Tamu undangan yang terlalu
banyak ( bahkan tidak perlu ), Dekorasi yang bagus maupun hal yang lain. Hal
ini dilakukan mengingat kondisi keuangan dan juga bahwa Kaderisasi ”Formal” di
IPNU adalh proses doktrinasi yang sifatnya Rahasia Organisasi dan tidak perlu
banyak diketahui oleh pihak luar. Karenanya membutuhkan tempat yang tenang.
Juga peserta tidak boleh terlalu banyak, harus mengacu pada kurikulum
pengkaderan. Kalau sudah begini, maka tidak ada alasan kaderisasi tidak bisa
dilakukan dengan alasan yang bermacam – macam.
b. Fasilitator juga dilaksanakan secara berjenjang ; Makesta yang
memberikan materi / memfasilitasi adalah PAC. Lakmud difasilitasi oleh PC. Dan
LAKUT difasilitasi oleh PW dan PP / orang yang
direkomendasikan oleh PW. Hal ini disamping murah, juga merangsang semua
pengurus pada tingkatan yang lebih tinggi di atas penyelenggara pelatihan untuk
terus belajar dan membaca, mengingat saat ini masih jarang ditemukan
fasilitator yang berasal dari internal IPNU dengan kapasitas memadai. Bahkan
tidak jarang pengurus di tingkatan PC belum berani memberikan materi atau
menjadi fasilitator pada Makesta. Konsekuensinya kita harus senantiasa berbenah
diri serta banyak membaca dan diskusi.
c. Calon peserta kaderisasi di semua
tingkatan wajib melalui test wawancara dengan tim SC / Fasilitator yang
ditunjuk
d. Khusus untuk Makesta diadakan
Post Test standar secara tertulis di akhir kegiatan
e. Kaderisasi di IPNU mementingkan
kualitas dari pada kuantitas. Ini artinya meskipun hanya 10 orang peserta tetap
dilaksanakan makesta.
f. Pintu masuk kaderisasi hanyalah
MAKESTA sebagai kaderisasi formal
g. Bagi yang ingin mengikuti
kaderisasi Non Formal haruslah minimal sudah pernah mengikuti Makesta
h. Tenggang waktu bagi setiap kader
untuk mengikuti jenjang kaderisasi setingkat di atasnya minimal 6 bulan pasca
mengikuti kaderisasi setingkat di bawahnya. Hal ini dengan tujuan agar kader
berkesempatan untuk menjalani kaderisasi informal terlebih dahulu. Sehingga
tidak menjadi kader karbitan. Dan apabila suatu saat menduduki unsur Pimpinan
maka, sudah mengetahui seluk beluk persoalan di basis.
i. Kaderisasi Formal dan Non Formal
adalah agenda tetap dan harus dilaksanakan oleh setiap tingkatan kepengurusan.
j. Dalam satu periodesasi
kepengurusan dalam suatu tingkatan, haruslah mengadakan kaderisasi formal dan
kaderisasi Non Formal minimal sekali.
k. Peserta yang mengikuti suatu
tahapan kaderisasi ( terutama kaderisasi formal ) harus mendapatkan sertifikat
guna melanjutkan ke jenjang kaderisasi berikutnya.
l. Pengurus harus bisa mendeteksi
dan menginfentarisir kader potensial untuk didekati lewat cara bermain ke
rumah, sering diajak ngobrol, sesuai dengan hobi dan minatnya.
1. Kepanitiaan kegiatan terbagi menjadi dua bagaian yaitu ; Stering Comitte
dan Organizing Comitte.
2. Stering Comite adalah bertugas menyusun dan menyempurnakan materi Pelatihan
serta ketentuan ketentuan yang ada.
3. Organizing Comitte adalah mereka yang bertugas melaksanakan kegiatan secara
teknis dan operasional.
KETENTUAN KHUSUS KADERISASI FORMAL
I. MAKESTA
A.
PESERTA
1. Peserta MAKESTA adalah Calon anggota formal IPNU di tingkat Ranting atau
Komisariat yang memenuhi persyaratan formal :
2. Persyaratan formal Calon Peserta MAKESTA sebagaimana angka 1 adalah :
a. Pernah mengikuti kegiatan IPNU Non Kaderisasi Formal di Ranting /
Komisariat dan atau Pernah menghadiri Kegiatan IPNU di Semua tingkatan sebagai
penggembira bebas antara 1 (satu) kali s.d. 3 (tiga) kali
b. Mengisi form pendaftaran.
c. Menyertakan data Daftar Riwpoint Hidup ( CV )
d. Menyerahkan pas foto 3 x 4 sebanyak
2 lembar
e. Mendapatkan Ijin dari Orang Tua / Wali.
f. Umur Maksimal 17 Tahun atau Kelas 1 SMA.
g. Berkomitmen tinggi untuk memenuhi persyaratan yang diberikan.
h. Jumlah maksimal peserta MAKESTA adalah 40 orang atau, jika melebihi kuota,
maka digunakan sistem pembagian kelas dengan kapasitas tiap kelas maksimal 30
peserta
MAKESTA RANTING/KOMISARIAT
No
|
Nama Materi
|
Ranting
|
1
|
Perkenalan
|
1. Fasilitator dan peserta
memper-kenalkan diri.
2. Menyampaikan
gambaran awal mengenai pelatihan ini ke peserta.
|
2
|
Kontrak
Belajar
|
1. Mengajak peserta mengungkapkan
harapan dan kekhawatiran mereka berkaitan dengan pelatihan ini.
2. Mengajak
peserta membuat tata tertib pelatihan
3. memahami pentingnya membuat
kontrak belajar dalam pelatihan orang dewasa..
4. hal-hal yang
perlu dicantumkan dalam kontrak belajar
|
3
|
Sosiologi dan Antropologi Desa / Pelajar / Santri
|
1. Komponen –
komponen Desa dan peran yang
dimainkannya.
2. Geografis
Desa dan karakteristik masyarakat Desa
3.
Pemetaan
Persoalan Desa.
4.
Desa
sebagai miniatur Negara
|
4
|
Ke Islaman
|
1.
Islam Rahmatan Lil ‘Alamin
2.
Tradisi Masyarakat Islam,
Pengertian dan dasar hukumnya (tahlil, qunut, dibaiyah, ziarah kubur, haul,
tarawih 20 rakaat, adzan 2 dalam jumat, talqin, istighotsah, dll ]
3.
Khilafiahnya
4.
Tradisi Islam Nusantara untuk kejayaan bangsa
|
5
|
Ke NU an I
|
1.
Islam pada
masa Walisongo
2.
Seputar
kelahiran NU
3.
Makna
filosofis lambang NU
4.
Tinjauan
tentang Sistem Organisasi NU ( Tujuan, Kepengurusan, Keanggotaan, Usaha Usaha
NU )
2. Metamorfosis NU
|
6
|
Ke IPNU an I
|
1. sekilas
Gerakan kaum muda di Indonesia dan pengaruhnya.
2.
latar
belakang kelahiran IPNU
3. Perjalanan
IPNU dari Masa Ke Masa
4. Tinjauan PD /
PRT IPNU ; lambang, tujuan, asas, keanggotaan, dll .
5. Hubungan IPNU
dengan NU beserta Banomnya maupun ormas lain.
|
7
|
Prinsip
Perjuanngan IPNU
|
1.
Landasan
berpikir IPNU
2. Cara Berpikir
, bersikap dan bertindak IPNU
3.
Landasan
bersikap dan berorganisasi
4.
Jati diri
IPNU
5.
Orientasi
IPNU
|
8
|
Keorganisasian
|
1.
Devinisi
dan Komponen – komponen organisasi
2.
Asas Dan
Prinsip – Prinsip Organisasi
3. Macam Dan
Jenis Organisasi Beserta Karakteristiknya.
4. Manfaat
Organisasi ( khususnya IPNU ) bagi anggota
|
9
|
Metode Pengorganisiran dan Strategi Gerak IPNU
|
1. Pentingnya
pengorganisiran
2. Karakteristik
Organizer
3. Teknik,
metode dan langkah pengorganiziran.
|
10
|
Baiat
|
1.
Kesadaran
Tauhid
2.
Kesadaran
akan hakekat hidup ( dari mana, mau ke mana dan untuk apa )
3. Ingatan akan mati dan resiko kehidupan
4. Refleksi perjuangan orang tua,
pejuang – pejuang agama, Negara dan imajinasi saat ini mereka sedang apa.
5. Puncak Doktrinasi Peserta Makesta
6. Sumpah baiat Kesetiaan
|
No comments:
Post a Comment