SELAMAT DATANG DI BLOG ABDUL HALIM SOLKAN

Semoga segala yang penulis atau blogger tampilkan dapat bermanfaat!

Thursday 13 June 2013

Mengingat Kembali Sosiologi

Pengertian Sosiologi
Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa latin yaitu socious yang berarti kawan atau teman dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Beberapa ahli juga mengungkapkan pendapat mereka tentang definisi sosiologi, diantaranya J. A.A. van doorn dan C.J Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. Sebagai ilmu pengetahuan yang murni(pure science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai(applied science), sosiologi bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan sedalam-dalamnya tentang masyarakat, bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut kepada masyarakat.
Seperti contoh, ahli sosiologi mengemukakan pendapat-pendapatnya yang berguna bagi petugas administrasi, pembuat Undang-undang, para diplomat, guru-guru, satpol PP dan sebagainya, akan tetapi mereka tidak menentukan apa yang harus dikerjakan petugas-petugas tersebut. atau dengan bahasa lain, sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta dalam masyarakat serta mempergunakanya untuk menyelesaikan persoalan-persolan masyarakat.
Objek Sosiologi
Seperti halnya ilmu sosial lainya, Objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat merupakan sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya (mempunyai struktur, tatanan, aturan dan hukum). Berikut merupakan kriteria sesuatu dikatakan sebagai masyarakat, yaitu manusia yang hidup bersama (minimal 2 orang), bercampur dalam waktu yang sama, sadar merupakan satu kesatuan dan merupakan suatu sistem hidup bersama. Nantinya di masyarakat pula akan ditemukan hal-hal yang menjadi masalah pokok dari pembicaraan tentang sosiologi, diantaranya pebahasan tentang gejala-gejala sosial, fakta sosial, tindakan sosial dan khayalan sosial. Misalnya dalam perumusan sebuah teori dari pemasalahan pendidikan.
Metode-metode dalam Sosiologi
            Cara kerja atau metode (method) sosiologi pada dasrnya mempunyai dua enis cara kerja, diantarnya metode kualitatif yang mengutamakan bahan yang sukar diukur dengan angka-angka atau hal-hal yang bersifat  eksak dan metode kuantitatif yang bersifat sebaliknya.
Metode kualitatif terdiri dari metode historis dan metode komparatif. Metote historis merupakan telaah atau analisis atas kejadian-kejadian silam guna merumuskan prinsip-prinsip umum, sedangkan metode komparatif memeningkan prbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya.
            Ada pula metode lain yang dipakai dalam penelitian sosiologi, yaitu metode studi kasus(case study) yang bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Alat- alat yang dipakai dalam metode studi kasus ini adalah misalnya wawancara(interview), petanyaan-pertanyaan(questioner), daftar pertanyaan-pertnyaan(schedule) dan participant observer technique.
            Sedangkan dalam metode kuantitatif, kita mengenal teknik yang dinamakan Sociometry yang berusaha meneliti masyrakat secara kuantitatif. Sociometry merupakan himpunan konsep-konsep dan metode-metode yang bertujuan untuk menggambarkan dan meneliti hubungan-hubungan antar manusia dalam masyarakat secara kuantitatif.
            Metode lainya yaitu detode deduktif dan induktif. Metode deduktif yaitu memulai dengan mempelajari kaidah-kaidah yang bersifat umum untuk kemudian dipelajari dalam hal yang khusus, sedangkan metode induktif mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas
Sejarah Teori Sosiologi
Perhatian Masyarakat sebelum Comte,
1.      Plato : Menelaah masyarakat secara sistematis dengan merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup bidang kehidupan sosial dan ekonomi.
2.      Aristoteles : melakukan analisis tentang lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.
3.      Ibn Khaldun : mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian sosial dan peristiwa dalam sejarah
4.      Zaman renaissance : muncul nama-nama Thomas more dan Campanella mengenai masyarakat ideal. N. Machiavelly : mengemukakan bagaimana cara mempertahankan kekuasaan
Sosiologi Auguste Comte
      Pada abad ke 19, August Comte(1798-1857) sudah memulai kajian-kajianya tentang sosiologi. Comte adalah yang memakai istilah “sosiologi” dan membedakan ruang lingkup dan isi sosiologi dengan ilmu sosial lainya, oleh karena itu Comte dikenal sebagai the father of sociology. Dia menyusun suatu sistematika dari filsafat sejarah dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda. Menurutnya, tahapan perkmbangan intelektual manusia dibagi menjadi tiga, yang pertama yaitu suatu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan oleh dewa-dewa atau Tuhan yang maha kuasa atau di sebut sebagai tahap sosiologis atau fiktif.
      Tahap kedua merupakan tahap metafisik. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang akhirnya akan dapat diungkapkan. Selanjutnya adalah tahapan Rasional, diaman manusia sudah mulai berfikir berdasarkan akal dan mampu menemukan jawaban dari persoalan-persoalan yang ada(adabya kesadaran kritis). Menurut Comte, sosiologi merupakan studi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala sosial. Sosiologi yang merupakan ilmu pengetahuan paling kompleks dan dapat berkembang dengan pesat.
Mazhab – mazhab Sosiologi
1.      Mazhab Geografi dan lingkungan
Tokohnya adalah Edward Bucked dan Le play, inti dari pentingnya mazhab ini adalah baha ajaran-ajaran atau teori-teori menghubungkan factor keadaan alam dengan factor-faktor strukur serta organisasi sosial.
2.      Mazhab organis dan revolusioner
Tokohnya adalah Herbert Spencer dan Ferdinan Tonnies. Pengaruh spencer muncul melalui analoginya antara masyarakat dengan suatu organisme. Dia menjelaskan bahwa suatu organism akan mencapai suatu kesempurnaan jika memiliki beberapa criteria, yaitu kompleksitas, diferensiasi dan integrasi yang lebih sempurna pula.
3.      Mazhab Formal
Tokoh yang paling berpengaruh adalah George Simmel (1858-1918). Menurutnya, elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan-hubungan antar elemenya.
4.      Mazhab Psikologi
Gabriel Tarde dari prancis mengungkapkan gagasanya bahwa dimulai dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat sosiologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jia tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan.
5.      Mazhab Ekonomi
Menurut Karl marx Selama masyrakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan.
6.      Mazhab hukum

Salah satu tokohnya adalah E. Durkheim, yang menjelaskan baha hukum adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat ringanya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan, yakni sanksi yang represif dan restitutif.

No comments:

Post a Comment