SELAMAT DATANG DI BLOG ABDUL HALIM SOLKAN

Semoga segala yang penulis atau blogger tampilkan dapat bermanfaat!

Thursday 13 June 2013

Suasana Ramadhan Bagi Industri Pertelevisian

Oleh : Abdul Halim

Televisi, berdasarkan UU Pers no.40, 1999 dan UU Penyiaran no.32, 2002 selain berkedudukan sebagai lembaga masyarakat, melekat pula fungsi sebagai lembaga ekonomi. Fungsi ekonomi inilah (terutama oleh Televisi Swasta) yang dimanfaatkan secara maksimal, terutama di era kebebasan saat ini. Sepintas tak ada yang salah dari apa yang rata-rata mereka lakukan. Dalih adalah memberikan pelayanan maksimal kepada pemirsa. Mereka selalu memanfatakan setiap momentum untuk (seolah) memberikan pelayanan maksimal kepada pemirsa, meski dibalik itu motif ekonomilah yang sebenarnya ada dibalik produksi siaran yang mereka sajikan.
Tak luput pula setiap tahun moment bulan puasa, ketika mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam sedang melaksanakan ibadah, mereka maksimalkan berbagai siaran atau sajian yang bernuansa ramadhan. Motto ; Berikan pemirsa apa yang mereka inginkan. Tampaknya para pengelola televisi swasta hanya mengambil sepotong apa yang dikatakan Reith (dalam Media Culture,1992) memberi publik apa yang pengelola pikir mereka butuhkan dengan mengabaikan bahwa sesungguhnya apa yang dimaksud Reith sebagai apa yang sesungguhnya mereka butuhkan, sehingga ada nuansa aspek kemanfaatan bagi pemirsa.
Kedatangan bulan Ramadhan selalu memberi kita pemandangan tersendiri di televisi. Sinetron-sinetron yang biasanya berlimpah kata-kata makian yang kasar, bahasa tubuh yang menyebalkan, dan dialog yang melambangkan kecintaan yang besar terhadap materi, kini berubah wujud. Para tokoh yang mendadak berkerudung dan berpeci, dan mulai menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, alias mung mampir ngombe. Dalam beberapa adegan terlihat lucu karena mereka menggunakan kerudung atau peci bahkan ketika mereka hanya leyeh-leyeh di dalam rumah. Rasanya kita sendiri juga tidak begitu-begitu amat dalam “ merayakan “ bulan suci. Bukankah semangat tidak harus diwujudkan hanya dengan atribut fisik?
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa praktikan sinetron itu semata-mata memanfaatkan momentum yang ada. Karena bulan puasa identik dengan kesabaran, maka jalan ceritapun dibelokkan sedemikian rupa sehingga pas dengan semangat ramadhan. Hingga terkadang dialognya bernafas islami dan diselingi lantunan ayat-ayat suci alqur’an. Hebat betul. Semuanya atas nama Ramadhan. Tampaknya kita sebagai penonton sekaligus umat beragama, harus merelakan bulan ini dieksploitasi habis-habisan oleh para praktikan sinetron. Suka tidak suka,mau tidak mau,pasti terjadi. Kita terpaksa bulan Ramadhan hanya sebagai salah satu momentum dalam kehidupan.
Masalahnya, bisakah kita memandang sinetron yang mendadak religius itu sebagai medium dakwah? Rasanya kok susah. Untuk bisa dikatakan sebagai medium dakwah, sebuah sinema elektronik harus memiliki konsistensi dalam menawarkan wacana-wacana keimanan, jika perlu dengan cara-cara yang kreatif dan berbeda. Tidak mendadak dan musiman seperti yang terjadi sekarang. Sebagai praktikan pertelevisian diharapkan mampu menjadikan sinetronnya benar-benar sebagai medium dakwah, dengan cara konsistensinya dan mempertontonkan suatu pembicaran yang syarat filsafat,dengan mengemasnya melalui tahap anlogi dengan hal-hal yang remeh dalam kehidupan sehari-hari.

Jelas bahwa menjadikan sinetron sebagai medium dakwah tidak bisa dilakukan dengan hanya menyelipkan potongan-potongan ayat kitab suci yang seringkali terasa numpang lewat tanpa konteks. Sebab jika hanya itu yang dilakukan, apa boleh buat, harus dikatakan bahwa sinetron para praktikan pertelevisian kita hanya memanfaatkan momentum belaka. Kita berharap para parktikan televisi sadar agar lebih mengedepankan aspek kemanfatan bagi pemirsa, dan tidak hanya menginginkan keuntungan semata. Kedepan, kita tentu berharap para pengelola televisi agar makin mampu memaksimalkan situasi simbiosis mutual bernuansa Ramdhan secara maksimal. Melalui cara itulah para pengelola akan berkontribusi konkret dan amanah, sekaligus memperoleh keuntungan financial untuk mengembangkan stasiun televisi yang dikelola.  

No comments:

Post a Comment